ISLAMTODAY ID — Menyusul pemecatan Menteri Pertahanan AS Mark Esper, Pentagon, penjabat sementara Menteri Pertahanan Christopher Miller telah mengumumkan penarikan ribuan pasukan dari Afghanistan dan Irak, meninggalkan sekitar 2.500 personel sisa di kedua negara.
Presiden AS Donald Trump dilaporkan ingin menarik hampir semua personel militer AS dari Somalia sebagai bagian dari kebijakan penarikan global pasukan AS.
Penarikan pasukan AS tersebut dijadwalkan bertujuan untuk melihat berkurangnya aktifitas pasukan Amerika Serikat di Afghanistan dan penarikan pasukan dengan jumlah lebih kecil dari wilayah Irak.
Berdasarka laporan Reuters, Selasa (17/11) Christipher Miller, yang merupakan mantan Direktur Pusat Kontra Terorisme Nasional berusaha untuk melakukan penarikan hampir total dari sekitar 700 tentara AS di Somalia, yang telah ditempatkan di negara Afrika Timur untuk memerangi milisi lokal al-Shabaab, ungkap pejabat AS.
AS melakukan penarikan di kota Bossaso dan Galkayo di Somalia.
Tampak tak sepakat, Kolonel Somalia Ahmed Abdullahi Sheikh mengatakan “penarikan lebih lanjut oleh AS akan merusak kepercayaan dan memberikan keunggulan bagi militan.” ujarnya
“Ini akan menciptakan ruang hampa. Pasukan keamanan Somalia memiliki moral yang baik karena pasukan AS … ada kemungkinan dukungan udara jika mereka diserang, mereka bisa mendapatkan medevacs,” tambahnya
Namun, belum ada keputusan akhir yang dibuat, dan tidak ada perintah yang dikirimkan kepada pimpinan militer AS terkait Somalia, menurut pejabat AS, dikutip dari Reuters.
Dalam laporan USA today, Miller mengumumkan bahwa Pentagon akan secara resmi mengurangi kehadiran militer AS di Afghanistan dan Irak menjadi masing-masing 2.500 tentara, Selasa (17/11)
“Ini konsisten dengan rencana dan tujuan strategis kami yang telah ditetapkan,” ungkapnya
Saat ini terdapat sekitar 4.500 personel militer AS yang ditempatkan di Afghanistan dan 3.000 personel di Irak.
Banyak pejabat AS dan sekutunya telah menyatakan keprihatinan atas penarikan pasukan dari Afghanistan.
“Risiko apabila pergi terlalu cepat atau menggunakan cara yang tidak terkoordinasi bisa sangat tinggi. Afghanistan berisko menjadi platform bagi teroris internasional untuk merencanakan dan mengatur serangan di tanah air kita,” ujar Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dikutip dari CNN. Selasa (17/11).
“Dan [IS] dapat membangun kembali di Afghanistan, sebuah Rezim teror yang hilang di Suriah dan Irak.”
Presiden Trump pada bulan Desember tahun lalu menyatakan bahwa warga Amerika harus berharap untuk melihat “sisa jumlah kecil dari Pria dan Wanita pemberani yang bertugas di Afghanistan sebelum Natal!”
Namun, dengan tidak adanya penyelesaian dalam proses perdamaian Afghanistan, wilayah tersebut sudah menghadapi kemungkinan “bencana kemanusiaan” terkait dengan bentrokan pemerintah dan Taliban, demikian menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi.
“Jika upaya perdamaian ini gagal maka kita bisa melihat bencana kemanusiaan besar di negara yang pasti, saya harap tidak,” ujarnya kepada Associated Press, Selasa.
“Saya pikir kami harus siap untuk segalanya di sini, kami harus siap untuk lebih banyak masalah kemanusiaan,” tandasnya.[Res]