ISLAMTODAY ID —- Angkatan Udara AS (USAF) mengumumkan bahwa mereka menggunakan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan di pesawat militer untuk pertama kalinya dalam pelatihan penerbangan pertengahan bulan Desember 2020 lalu.
Artificial Intelligence (AI) mengacu pada kemampuan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti belajar dari pengalaman, membuat prediksi, mengenali pola dan fungsi pemecahan masalah lainnya.
Dalam rilis beritanya Selasa (15/12), Angkatan Udara AS (USAF) mengonfirmasi bahwa algoritma AI digunakan untuk mengontrol sensor dan sistem navigasi pesawat pengintai U-2 Dragon Lady selama pelatihan penerbangan di Pangkalan Angkatan Udara Beale, California.
Pesawat yang digunakan selama tes ditugaskan ke Sayap Pengintai ke-9 di pangkalan udara dan merupakan mesin jet tunggal, pesawat ketinggian tinggi yang menyediakan pengumpulan intelijen untuk segala cuaca.
“Penerbangan ini menandai lompatan besar bagi pertahanan nasional karena kecerdasan buatan terbang di atas pesawat militer untuk pertama kalinya dalam sejarah Departemen Pertahanan. Algoritme AI, yang dikembangkan oleh Laboratorium Federal U-2 Komando Tempur Udara, melatih AI untuk melaksanakan tugas-tugas khusus dalam penerbangan yang seharusnya dilakukan oleh pilot,” tulis USAF dalam rilisnya, dilansir dari Sputniknews, Rabu (16/12).
“Penerbangan itu adalah bagian dari skenario yang dibangun secara khusus yang mengadu AI dengan algoritma komputer dinamis lainnya untuk membuktikan kemampuan teknologi baru, dan kemampuannya untuk bekerja dalam koordinasi dengan manusia,” ungkap rilis USAF.
Menurut Angkatan Udara AS, sistem AI, bernama ARTUµ, digunakan untuk “penggunaan sensor dan navigasi taktis.” Tanggung jawab utama sistem adalah mengidentifikasi peluncur musuh.
Diketahui, pesawat masih dikemudikan oleh pilot, dan tidak ada senjata yang terlibat. Namun, setelah lepas landas, kontrol sensor ditangani oleh ARTUµ, yang telah mempelajari bagaimana mencapai tujuan sensor dari “lebih dari setengah juta iterasi pelatihan yang disimulasikan komputer.”
“Kami tahu bahwa untuk bertarung dan menang dalam konflik di masa depan dengan musuh sebaya, kami harus memiliki keunggulan digital yang menentukan,” ujar Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal Charles Q. Brown Jr. dalam keterangan persnya.
“AI akan memainkan peran penting dalam mencapai keunggulan itu, jadi saya sangat bangga dengan pencapaian tim. Kami harus mempercepat perubahan dan itu hanya terjadi jika Penerbang kami mendorong batas dari apa yang kami pikir mungkin. ” tandas Jenderal Charles Q. Brown Jr.
Teknologi AI dirancang agar mudah ditransfer ke sistem lain dan diharapkan dapat mengubah domain udara dan luar angkasa, demikian pernyataanya.
“Memadukan keahlian seorang pilot dengan kemampuan pembelajaran mesin, penerbangan bersejarah ini secara langsung menjawab seruan Strategi Pertahanan Nasional untuk berinvestasi dalam sistem otonom.” “Inovasi dalam kecerdasan buatan akan mengubah domain udara dan luar angkasa.” ujar Sekretaris Angkatan Udara AS, Barbara Barrett.
Menurut sebuah artikel oleh Popular Mechanics, ARTUµ didasarkan pada algoritma perangkat lunak sumber terbuka yang disebut µZero. Algoritme yang dapat diakses publik dirancang oleh perusahaan riset AI DeepMind, yang dimiliki oleh perusahaan induk Google, Alphabet, dikutip dari laporan Washington Post.[Resa]