ISLAMTODAY —- Israel pada hari Sabtu (15/5) mengebom sebuah gedung di Gaza yang digunakan oleh sejumlah outlet berita, termasuk Middle East Eye, Al Jazeera dan Associated Press (AP).
Wartawan dan para pekerja media mengatakan mereka telah melarikan diri dari menara al-Jalaa di Kota Gaza setelah dikeluarkan satu jam pemberitahuan oleh tentara Israel, yang kemudian menghancurkan gedung tersebut.
Mohammed al-Hajjar, seorang jurnalis foto untuk Middle East Eye, termasuk di antara mereka yang meninggalkan gedung.
Saat dihubungi melalui telepon, al-Hajjar mengatakan dia telah meninggalkan laptopnya tetapi berhasil mengambil hard drive dan kameranya.
Jurnalis Foto MEE ini mengatakan evakuasi adalah tempat panik dan kekacauan ketika orang-orang bergegas mengambil apa pun yang mereka bisa dan keluar secepat mungkin.
Saat mereka kembali untuk memeriksa kembali sisa-sisa, yang ada hanya puing-puing.
“Tidak ada yang tersisa selain ingatan kita,” pungkasnya.
Sejauh ini belum ada korban jiwa yang dilaporkan.
Bangunan tersebut merupakan 12 lantai berisi 60 unit hunian, dengan sejumlah kantor untuk media internasional termasuk Al Jazeera dan Associated Press, serta kantor pers Arab dan sejumlah media lokal.
Dalam pernyataannya, Tentara Israel mengatakan telah menghantam gedung tersebut karena menampung “entitas milik intelijen militer dari organisasi teroris Hamas” tanpa merinci lebih lanjut.
“Dan sekarang bom bisa jatuh di kantor kami. Kami lari menuruni tangga dari lantai 11 dan sekarang melihat ke gedung dari jauh, berdoa tentara Israel pada akhirnya akan mundur,” tulis Fares Akram, koresponden Associated Press di Gaza.
Wael Al-Dahdouh, jurnalis senior Al Jazeera di Gaza, mengatakan kepada MEE bahwa pemboman kantor mereka “tidak akan menutupi wajah kebenaran, juga tidak akan membungkamnya”.
“Terlepas dari mengapa Israel mengebom gedung itu, kami menegaskan kembali bahwa kami akan terus melakukan tugas kami, memenuhi tugas kami dan menyampaikan pesan, bahkan jika kami harus melakukannya dari jalan atau mobil atau tempat lain,” pungkasnya.
“Selama wartawan masih hidup, sehat dan bertekad untuk melakukan pekerjaannya, mereka akan melanjutkan misi meliput kebenaran seolah-olah gedung ini masih berdiri”, tegasnya.
Sesaat sebelum Serangan ke gedung tersebut, Al Jazeera menyiarkan panggilan telepon antara pemilik gedung al-Jalaa dan seorang perwira intelijen Israel.
‘[Serangan itu] menimbulkan ketakutan bahwa tentara Israel secara bebas menyerang fasilitas media untuk mengganggu liputan tentang apa yang terjadi di Gaza dan penderitaan manusia di sana’, jelas Ignacio Miguel Delgado, Committee to Protect Journalists.
Pemiliknya, yang dinamai oleh Al Jazeera sebagai Abu Hossam, meminta diberikan lebih banyak waktu untuk mengevakuasi peralatan dari kantor.
“Tidak ada orang jahat di sini, hanya wartawan,” pungkasnya seperti dikutip.
“Beri kami 10 menit lagi untuk mengeluarkan kameranya.” Namun, Petugas intelijen menolak permintaannya.
“Lakukan apa yang Anda inginkan, kami tidak bisa menghentikan Anda. Pekerjaan hidup kami hilang, ingatan kami hilang, hidup kami hilang, kami memiliki Tuhan untuk berpaling,” jelas Abu Hossam.
Pejabat kesehatan di daerah kantong itu mengatakan serangan udara dan artileri Israel sejak Senin telah menewaskan 139 orang termasuk 39 anak-anak di Gaza sementara lebih dari 1.000 lainnya terluka.
Sikap Komite Perlindungan Jurnalis
Ignacio Miguel Delgado, perwakilan Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ) Timur Tengah dan Afrika Utara, mengutuk keras serangan terhadap gedung di Gaza dan menyerukan pertanggungjawaban.
Delgadoa mengatakan kepada MEE bahwa serangan terhadap gedung itu “menimbulkan ketakutan bahwa tentara Israel secara bebas menyerang fasilitas media untuk mengganggu liputan tentang apa yang terjadi di Gaza dan penderitaan manusia di sana”.
“Kami ingin pihak berwenang Israel memberikan pembenaran yang mendetail dan terdokumentasi untuk serangan militer terhadap fasilitas sipil ini, mengingat mereka tahu persis jenis media apa yang beroperasi di sana dan ini mungkin juga merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” tegasnya. .
Dalam pernyataan yang dirilis di Twitter, Gedung Putih mengatakan telah mengkomunikasikan kepada Israel bahwa “memastikan keselamatan dan keamanan jurnalis dan media independen adalah tanggung jawab terpenting.”[IZ/MEE]