ISLAMTODAY ID— Pemerintah Barat mengecam Belarusia atas dugaan pemaksaan pendaratan pesawat di wilayahnya untuk menangkap seorang aktivis oposisi.
Namun, pemerintah barat memberikan narasi yang berbeda pada tahun 2013, ketika upaya serupa dilakukan mereka untuk menangkap Edward Snowden.
Pada hari Ahad (23/5), penerbangan komersial Ryanair dari Yunani ke Lituania dialihkan dari jalurnya sesaat sebelum meninggalkan wilayah udara Belarusia dan melakukan pendaratan darurat di Minsk.
Hal ini memungkinkan pihak berwenang Belarusia untuk menahan Roman Protasevich, mantan pemimpin redaksi saluran Telegram yang berbasis di Polandia, NEXTA Live, seperti dilansir dari RT, Senin (24/5).
Di negara asalnya, dia menghadapi tuduhan serius karena menghasut kerusuhan massal dengan liputannya tentang protes anti-pemerintah tahun lalu.
Pemerintah Barat mengutuk Minsk, menuduhnya secara paksa menghentikan pesawat dengan dalih palsu sebagai ancaman bom.
Namun, ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut peristiwa itu sebagai “tindakan yang kurang ajar dan mengejutkan” dan menuntut penyelidikan internasional.
Beberapa pengamat menyatakan bahwa seruan Blinken tampak munafik.
Insiden Serupa oleh AS
Untuk diketahui, hal yang sama pernah dilakukan AS dan sekutunya ketika mereka ingin menangkap pelapor NSA Edward Snowden.
Insiden yang dimaksud terjadi pada Juli tahun 2013, tak lama setelah nama Snowden dikenal secara global. Dia menjadi populer karena membantu mengungkap pengawasan elektronik invasif AS.
AS membatalkan paspor Snowden yang menyebabkan ia terdampar di zona transit bandara Moskow dan tidak dapat pergi.
Rusia pada saat itu menjadi tuan rumah konferensi energi internasional, dan salah satu tamunya, Presiden Bolivia saat itu Evo Morales yang mengindikasikan bahwa negaranya dapat memberikan suaka politik kepada Snowden.
Beberapa orang di Washington tampaknya mengira dia akan membawa Snowden bersamanya ke Bolivia.
Setelah pesawat Morales berangkat dari Moskow, beberapa negara Eropa menolak penggunaan wilayah udara mereka, yang pada akhirnya memaksa pesawat untuk mendarat di Austria. Pejabat lokal mengklaim bahwa mereka menggeledah pesawat itu, tetapi buronan Amerika itu tidak ditemukan. Pesawat itu terbang dari bandara Vnukovo Moskow, bukan bandara Sheremetyevo, tempat Snowden terdampar saat itu.
Insiden itu dikutuk secara luas oleh Bolivia dan beberapa temannya di Amerika Latin. Prancis dan Spanyol akhirnya meminta maaf atas peran mereka dalam episode tersebut.
Pendiri WikiLeaks Julian Assange kemudian mengklaim AS telah tertipu oleh timnya yang membahas kemungkinan penyelundupan Snowden dari Rusia dengan pesawat kepresidenan negara lain, tetapi menyebut Bolivia sebagai gantinya untuk mengalihkan intelijen AS.
Rencana penyelundupan tidak pernah dilaksanakan. Snowden akhirnya menerima suaka politik di Rusia sendiri dan telah tinggal di sana sejak itu.
Kesamaan antara kedua situasi tersebut sulit untuk dilewatkan, dan banyak orang di media sosial menunjukkan kesamaan tersebut.
Nama Snowden menjadi trending di Twitter pada hari Senin (24/5), saat diskusi tentang peristiwa di Belarusia berkecamuk di platform media sosial.
Kasus pesawat Morales, bagaimanapun, bukan satu-satunya contoh baru-baru ini ketika aturan keselamatan lalu lintas udara memainkan peran kedua dari keinginan pemerintah tertentu untuk melakukan penangkapan bermotif politik.
Dan bahkan tidak perlu seorang politikus kelas atas seperti AS untuk melakukannya dan tidak mendengar satu suara pun dari rekasi terkejut orang-orang Barat .
Pada tahun 2016, sebuah pesawat Belarusia dilarang terbang oleh pemerintah yang didukung AS di Ukraina, 20 menit setelah keberangkatan dari Kiev.
Penegak hukum Ukraina untuk menahan dan menggeledah seorang reporter Armenia bernama Armen Martirosyan, yang sangat kritis terhadap pemerintah Ukraina.
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mengatakan bahwa ada warga negara asing di dalam pesawat yang mengancam keamanan nasional.
Pria itu mengatakan agen SBU mengira dia membawa flash drive dengan beberapa informasi sensitif, tetapi melepaskannya setelah tidak menemukan apapun. (Resa/RT/WikiLeaks/NEXTA Live)