ISLAMTODAY — Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin telah mengundurkan diri pada Senin (16/8) setelah berbulan-bulan menghadapi krisis politik yang menyebabkannya kehilangan dukungan mayoritas.
Pengunduran diri Muhyiddin akan mengakhiri 17 bulan masa jabatannya yang penuh gejolak, tetapi juga dapat menghambat upaya Malaysia untuk memulai kembali ekonomi yang dilanda pandemi.
Mata uang ringgit Malaysia juga jatuh ke level terendah dalam satu tahun dan pasar saham tergelincir.
Muhyiddin, yang selama ini menolak mundur, memberi tahu anggota partai bahwa dia akan mengajukan pengunduran dirinya kepada raja pada Senin, jelas Mohd Redzuan Md Yusof, seorang menteri di departemen perdana menteri, portal berita Malaysiakini yang melaporkan pada Ahad (15/8).
Kandidat
Sudarnoto Abdul Hakim, Peneliti dan Pengamat Malaysia dari UIN Jakarta mengatakan peletakan jabatan akan menjadi isu saat Muhyiddin bertemu Raja.
Dia menyoroti siapa calon kandidat yang akan menggantikan Muhyiddin sebagai PM.
Menurut Sudarnoto, jika pilihannya adalah membubarkan pemerintah koalisi Pekatan Nasional, maka Presiden UMNO (Ahmad Zahid Hamidi) akan mendapatkan peluang setelah, tentu, dia memastikan mendapatkan suara tambahan dukungan.
Anwar Ibrahim juga mendapatkan peluang. Tantangannya, lanjut Sudarnoto, sama seperti yang dihadapi oleh Presiden UMNO yaitu menambah suara dukungan dari partai lain sehingga paling tidak bisa mencapai 113, dukungan sangat tipis seperti yang dimiliki Muhyiddin.
“Semua, pada akhirnya tergantung kepada Raja Yang Dipertuang Agung siapa sebetulnya yang akan menggantikan Muhyiddin dan dengan skenario lain di luar skenario di atas,” kata Sudarnoto dalam pernyataannya kepada Anadolu Agency.
Meski belum ada kejelasan dari Raja, beberapa nama politikus Negeri Jiran mencuat ke publik yang digadang dapat menjadi penerus Muhyiddin. Salah satu kandidat yakni Ismail Sabri Yaakob yang selama ini menjadi wakil perdana menteri era Muhyiddin.
Ismail Sabri merupakan satu dari sejumlah menteri Malaysia yang menangani krisis Covid-19. Dia diangkat sebagai wakil perdana menteri pada Juli oleh Muhyiddin sebagai upaya meredakan ketegangan dengan sekutu utamanya, partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang menarik dukungan dari koalisi pemerintah.
Ismail Sabri disebut dapat meraup dukungan dari mayoritas koalisi Muhyiddin, Perikatan Nasional, yang menduduki 100 kursi di parlemen. Namun, tidak jelas apakah UMNO akan mendukung Ismail Sabri karena dia sempat menentang langkah partai politik terbesar di Malaysia itu ketika menarik dukungan dari koalisi Muhyiddin.
Selain Ismail Sabri, Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR), Anwar Ibrahim, juga digadang sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Muhyiddin.
Politikus 74 tahun itu telah berulang kali masuk nama kandidat PM tetapi sejauh ini gagal menunjukkan bahwa dia dapat memimpin mayoritas suara di parlemen.
Sejauh ini, Anwar dan partainya masih setia dengan koalisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir. Namun, koalisi tersebut saat ini hanya memiliki 88 anggota parlemen, jauh dari suara yang cukup dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru.
Beberapa anggota oposisi termasuk Mahathir sendiri tidak mendukung Anwar untuk menjadi perdana menteri.
Ada pula politikus dan anggota perlemen veteran, Tengku Rezaleigh Hamzah yang muncul sebagai salah satu calon kuat penerus Muhyiddin. Tengku atau Ku Li, panggilan akrabnya, telah menjadi anggota parlemen Malaysia selama 47 tahun.
Ku Li telah memenang berbagai posisi menteri selama karir politiknya dan merupakan ketua pendiri perusahaan minyak negara, Petronas.
Politikus 84 tahun dari UMNO itu dipandang sebagai kandidat kuat sebagai PM di antara berbagai fraksi di partai tersebut. Dukungan UMNO adalah kunci untuk pembentukan pemerintahan baru.
Presiden Partai Amanah Mohamad Sabu menggambarkan krisis politik yang dihadapi pemerintah Perikatan Nasional (PN) sekarang sebagai hukuman atas pengkhianatan Perdana Menteri Muhyyidin Yassin.
Menurutnya, Muhyidin merupakan tokoh pengkhianat hasil pemilu sehingga mencatat episode hitam dalam sejarah demokrasi.
“Pada Februari 2020, sebuah episode hitam tercatat dalam sejarah demokrasi negara. Sebuah pemerintahan yang dipilih oleh rakyat dalam pemilu digulingkan melalui pengkhianatan para wakil rakyat yang melompat partai,” kata dia pada Senin.
Gejolak politik terhadap Muhyiddin telah terjadi sejak dia menjabat pada Maret 2020 dengan mayoritas tipis.
Tekanan terhadap Muhyiddin meningkat baru-baru ini setelah beberapa anggota parlemen UMNO – blok terbesar dalam aliansi yang berkuasa menarik dukungan.[AA]