ISLAMTODAY ID-Presiden AS Joe Biden sebelumnya mengatakan China dan Rusia akan lebih memilih untuk melihat Amerika Serikat terus menyalurkan miliaran dolar dan sumber daya tanpa batas ke dalam stabilisasi Afghanistan.
Metode paling sederhana untuk negara-negara barat adalah kembali ke dasar dan sekali lagi menyatakan Rusia sebagai ancaman, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan kepada Sputnik, ketika berbicara tentang reaksi Amerika dan Eropa terhadap peristiwa baru-baru ini di Afghanistan dan ketakutan mereka tentang peran Moskow dalam perkembangan selanjutnya.
“Jauh lebih mudah untuk kembali ke dasar dan menyatakan Rusia sebagai ancaman. Mereka mencoba yang terbaik, Anda tahu sisanya. ‘Kita perlu membalik halaman, namun, China menyebabkan kekhawatiran’, itulah keseluruhan ceritanya”, ungkap Grushko, seperti dilansir dari Sputniknews, Selasa (17/8).
“Perang menjadi tidak populer untuk agenda Eropa dan AS, ungkap diplomat Rusia itu.
“Peti mati akan datang. Satu triliun [dolar] terbuang begitu saja”, ujar Grushko.
Pada 16 Agustus, anggota terkemuka Parlemen Eropa meminta Uni Eropa untuk mengembangkan strategi baru untuk Afghanistan.
Lebih lanjut, dia menuduh bahwa Rusia dan China dapat “mengisi kekosongan politik”.
Presiden AS Joe Biden, pada bagiannya, mencatat bahwa Beijing dan Moskow lebih suka melihat Amerika Serikat terus menyalurkan miliaran dolar dan sumber daya tanpa batas ke dalam stabilisasi Afghanistan.
Khususnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah membahas situasi di Afghanistan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan rekannya dari China, Wang Yi, menurut Kementerian Luar Negeri.
Taliban merebut Kabul tanpa perlawanan pada 15 Agustus, mendorong Presiden Ashraf Ghani untuk mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu.
Ghani kemudian menyatakan keputusannya didikte oleh keinginan untuk mencegah kekerasan karena para militan siap untuk melakukan serangan di ibu kota.
Seorang juru bicara kantor politik Taliban, Mohammad Naeem, kemudian mengatakan bahwa perang dua puluh tahun telah berakhir.
(Resa/Sputniknews)