ISLAMTODAY ID-Pakistan telah lama menuduh India dan Afghanistan mendukung kelompok-kelompok separatis di negara itu, termasuk di Balochistan, sebuah provinsi yang membentuk 40% wilayah Pakistan.
Seorang pemimpin separatis, Jumma Marri Baloch, mengatakan kepada Sputnik bahwa India telah membajak perjuangan mereka melemahkan kemampuan Pakistan untuk mempertahankan bagiannya dari Kashmir.
Sementara itu, protes di provinsi Balochistan di Pakistan barat telah memuncak dalam serangan teroris terhadap konvoi China pada hari Jumat (20/8) yang menewaskan dua orang.
Separatis Baloch telah lama keberatan tehadap proyek bersama Islamabad dengan Beijing untuk mengembangkan infrastruktur melalui wilayah tersebut, termasuk pelabuhan laut dalam di Gwadar.
Lebih lanjut, terjadi ledakan Jumat (20/8) oleh pembom bunuh diri terjadi di Eastbay Expressway ke pelabuhan Gwadar dan menghantam kendaraan paling belakang dalam konvoi.
Menurut harian Pakistan Dawn, ledakan itu menewaskan sedikitnya dua anak dan melukai tiga lainnya yang sedang bermain di dekatnya, dan tiga orang di dalam kendaraan yang menjadi sasaran, salah satunya adalah warga negara China, juga terluka.
“Sangat mengutuk serangan bunuh diri terhadap kendaraan warga negara China di Gwadar,” ujar juru bicara pemerintah Balochistan Liaquat Shahwani dalam sebuah pernyataan di Twitter, seperti dilansir dari Sputniknews, Jumat (20/8).
Sementara itu, seorang jurnalis untuk Balochistan Voices kemudian melaporkan bahwa Balochistan Liberation Army (BLA), sebuah kelompok separatis yang dianggap sebagai teroris oleh pemerintah Pakistan, AS, dan Inggris, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Dia mencatat kelompok itu juga mengklaim telah membunuh sembilan personel China dalam serangan itu.
Serangan itu terjadi menyusul protes selama berminggu-minggu di Balochistan atas meningkatnya keterlibatan China dalam ekonomi kawasan, termasuk pengembangan Gwadar dan pembangunan jalan raya di daerah tersebut.
Para pengunjuk rasa telah memblokir jalan-jalan dan menutup bagian-bagian kota pesisir untuk menarik perhatian pada tuntutan mereka yang mencakup diakhirinya kekurangan air dan listrik dan kapal pukat Cina yang memancing di perairan terdekat.
“Sudah lebih dari sebulan, kami memprotes dan berunjuk rasa menentang kapal pukat China, kekurangan air dan listrik. Pemerintah tidak pernah mengindahkan tuntutan kami, dan kami harus melakukan pemogokan penutupan total dan kami diserang oleh pemerintah distrik,” ungkap Faiz Nigori, seorang pekerja politik lokal, mengatakan kepada harian Inggris The Guardian.
Kesepakatan Islamabad dan Beijing
Pada tahun 2015, Beijing dan Islamabad menandatangani kesepakatan untuk investasi infrastruktur besar-besaran senilai USD60 miliar.
Kesepakatan ini bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang mencakup Eurasia untuk membuat benua itu semakin terhubung melalui laut, udara, jalan raya, dan kereta api.
Langkah itu termasuk pengembangan zona ekonomi khusus di Gwadar, sebuah pelabuhan yang telah lama dikenal dengan industri perikanan rakyatnya, dan pemindahan ribuan nelayan Baloch ke pelabuhan baru.
Namun, beberapa masalah yang mendorong protes tidak ada hubungannya dengan kehadiran orang Cina di sana.
Misalnya, karena sangat jauh dari Pakistan, Gwadar mendapatkan listriknya dari Iran, yang hanya berjarak 32 mil.
Bulan lalu, Mostafa Rajabi-Mashhadi, wakil direktur pelaksana jaringan listrik nasional Iran, mengatakan permintaan domestik untuk AC di bulan-bulan musim panas telah memengaruhi kemampuannya untuk mengekspor listrik, tetapi Iran akan segera meningkatkan ekspornya ke Pakistan, termasuk ke Gwadar.
Lebih lanjut, kota ini telah lama berjuang untuk mendapatkan air minum dalam jumlah yang cukup, dengan sistem tangki air yang diisi di bendungan terdekat perlahan-lahan digantikan oleh jaringan pipa air baru, seperti yang selesai bulan lalu dari Bendungan Swad.
Selain itu, Bendungan Akra Kaur sedang dibangun.
Namun, pabrik desalinasi besar yang dibangun di zona ekonomi khusus China telah menjadi titik ketegangan di tengah kelangkaan yang berkelanjutan di kota.
Serangan hari Jumat (20/8) terhadap warga negara China di Balochistan hanyalah yang terbaru dari serangkaian insiden mematikan.
Bulan lalu, sebuah bus yang membawa penambang China di provinsi Khyber-Pakhtunkhwa jatuh ke jurang setelah terkena ledakan, menewaskan sembilan warga negara China dan empat orang lainnya.
Sementara pemerintah Pakistan awalnya mengatakan bus mengalami kerusakan mekanis, pejabat China mengatakan bus itu terkena ledakan.
Islamabad segera mengubah nadanya dan menuduh badan intelijen India dan Afghanistan mendukung nasionalis Baloch yang dipersalahkan atas serangan itu.
India telah membantah tuduhan itu, meskipun banyak contoh pemberontak Baloch yang mencari bantuan medis di rumah sakit India diketahui.
Polisi di kota pesisir Karachi juga menyalahkan intelijen asing India karena membantu BLA merencanakan serangan 2019 terhadap konsulat China yang menewaskan dua polisi dan dua warga sipil di luar kompleks diplomatik.
Pekan lalu, seorang pembom bunuh diri dengan sepeda motor meledak di lalu lintas padat di Quetta, ibu kota Balochistan, menewaskan dua petugas polisi dan melukai 10 orang lainnya.
India memiliki kompleks pelabuhan sendiri yang sedang dibangun di sepanjang pantai utara Laut Arab tidak jauh dari Gwadar, tepat di seberang perbatasan di kota Chabahar, Iran.
Proyek ini dimaksudkan untuk memainkan peran yang hampir sama dengan pelabuhan Gwadar China, termasuk memberi India akses ke bagian dalam kawasan itu, seperti Afghanistan, dengan cara yang menghindari saingan regionalnya, Pakistan.
(Resa/Balochistan Voices/The Guardian/Sputniknews/Pakistan Dawn)