ISLAMTODAY — Gerakan Ennahda Tunisia menyatakan keprihatinan mendalam atas ketidakpastian masa depan negara itu.
Hal itu disampaikan partai politik terbesar di Tunisia menyusul keputusan Presiden Kais Saied untuk memperpanjang penangguhan parlemen dan kekebalan anggotanya hingga batas waktu yang tak tentu.
“Kami sangat khawatir dengan ketidakpastian masa depan negara setelah presiden menginstruksikan memperpanjang keputusannya,” pungkas pimpinan partai itu sekaligus Ketua Parlemen Tunisia Rached Ghannouchi.
Pada 25 Juli, Presiden Kais Saied menangguhkan parlemen selama 30 hari, mencabut kekebalan anggotanya, memberhentikan Perdana Menteri Hichem Mechichi, dan mengambil alih kekuasaan eksekutif.
Kais Saied juga memberhentikan atau mengganti sejumlah pejabat senior.
Pada Senin (23/8) malam, Kepresidenan mengumumkan bahwa Kais Saied memperpanjang tindakan tersebut hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Tunisia dipandang sebagai satu-satunya negara yang berhasil melakukan transisi pemerintahan antara negara-negara Arab yang menyaksikan revolusi rakyat “Arab Spring” untuk menggulingkan rezim penguasa, termasuk Mesir, Libya, dan Yaman.[Mahmoud Barakat/AA]