ISLAMTODAY ID-Dalam sebuah wawancara yang disiarkan secara penuh pada hari Ahad (5/9), Herzog mengatakan dia memiliki ‘pertemuan yang sangat baik’ dengan penguasa Hashemite.
Presiden Israel Isaac Herzog mengungkapkan pada hari Sabtu (4/9) bahwa ia baru-baru ini bertemu secara rahasia dengan Raja Abdullah II dari Yordania di Amman, sebagai tanda terbaru dari hubungan diplomatik yang memanas antara kedua negara.
“Minggu lalu saya bertemu dan melakukan percakapan yang sangat panjang dengan raja Yordania, saya berada di istananya, sepanjang malam. Itu adalah pertemuan yang sangat baik,” ujar Herzog dalam klip dari wawancara yang disiarkan pada hari Sabtu (4/9) di televisi Israel, seperti dilansir dari MEE, Ahad (5/9).
Seluruh wawancara ditampilkan pada Ahad (5/9) malam pada malam tahun baru Yahudi.
“Yordania adalah negara yang sangat penting. Saya sangat menghormati Raja Abdullah, seorang pemimpin besar dan aktor regional yang sangat signifikan,” ujar Herzog dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
Pernyataan itu berbicara tentang “pertemuan hangat, yang diadakan atas undangan raja”, di mana keduanya membahas “masalah strategis yang mendalam”.
“Di antara hal-hal yang kami diskusikan adalah isu-isu inti dalam dialog antara negara-negara kami, termasuk kesepakatan untuk mengimpor produk pertanian selama tahun shemitah, isu energi, keberlanjutan, dan solusi untuk krisis iklim yang dapat kita maju bersama, ” ungkapp pernyataan itu.
Untuk diektahui, Yordania dan Mesir adalah satu-satunya dua negara yang berbatasan dengan Israel yang telah menandatangani perjanjian damai dengan negara tersebut.
Hubungan Israel-Yordania memburuk di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang oleh para kritikus dituduh mengabaikan kerajaan Hashemite demi menyetujui normalisasi hubungan tahun lalu dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Namun, tak lama setelah ia menjabat pada bulan Juni, Perdana Menteri baru Naftali Bennett terbang ke Amman untuk berbicara dengan Raja Abdullah.
Pada bulan Juli, kedua negara sepakat bahwa Israel akan menjual 50 juta meter kubik air per tahun ke Yordania, di samping 55 juta meter kubik yang sudah disediakan secara gratis.
Berdasarkan perjanjian ini, Yordania diizinkan untuk meningkatkan ekspornya ke Palestina di Tepi Barat yang telah diduduki Israel sejak tahun 1967.
Pertemuan Diplomatik
Pada hari Kamis (2/9), Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Raja Abdullah II dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan tujuan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian di Timur Tengah.
Ketiga pemimpin dijadwalkan membahas bagaimana bekerja dengan Presiden AS Joe Biden untuk mendorong Israel mengakhiri pendudukannya di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, menghentikan perluasan permukiman ilegal di wilayah pendudukan, dan lebih lanjut mendorong solusi dua negara.
Presiden Mesir juga diperkirakan akan mengadakan pertemuan dengan Bennett di kota Sharm el-Sheikh di semenanjung Sinai – meskipun rincian tentang waktu pertemuan masih belum diumumkan.
Pada hari Rabu (1/9), Bennett mengeluarkan pernyataan yang menyangkal laporan bahwa dia akan menghadiri pertemuan tersebut bersama dengan Abbas dan Abdullah.
Namun pertemuan Kairo itu terjadi beberapa hari setelah Abbas bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di Ramallah, dalam pertemuan tingkat tinggi antara kedua belah pihak selama bertahun-tahun.
Pada hari Senin (30/8), Israel setuju meminjamkan PA (Otoritas Palestina) lebih dari USD150 juta setelah pertemuan Abbas-Gantz, untuk membantu PA membayar upah hampir 130.000 karyawannya.
Bennett bertemu dengan Biden di Gedung Putih pada akhir Agustus.
Sementara Biden menegaskan kembali dukungan AS untuk solusi dua negara, Bennett menyatakan bahwa tidak akan ada negara Palestina selama dia adalah perdana menteri.
(Resa/MEE)