ISLAMTODAY ID — Peristiwa mengejutkan terjadi di belahan Benua Afrika Barat. Ibukota Conakry diguncang kudeta militer yang dipimpin komandan pasukan khusus, Kolonel Mamady Doumboya, Ahad (5/9/2021).
Untuk diketahui, Kudeta militer yang terjadi di Guinea ini terjadi setahun setelah amandemen konstitusi soal masa jabatan presiden.
Amandemen konstitusi itu memungkinkan seorang presiden yang untuk menjabat selama tiga periode.
Amandemen itu dilakukan tahun lalu sehingga Presiden Alpha Conde bisa maju lagi untuk periode ketiga pada Pemilihan Presiden 2020.
Langkah itu pun menuai protes dan boikot pihak oposisi karena amandemen dan Pemilu 2020 tetap dilakukan meski masa pandemi, dilansir The Guardian.
Pihak oposisi bahkan sempat mengerahkan massa turun ke tempat-tempat pemungutan di sejumlah distrik suara agar Pemilihan Presiden diundur. Namun, militer meredam aksi protes itu, dilansir dari Deutsch Welle (DW).
Alpha Conde tak secara tegas mendeklarasikan maju lagi pada 2020. Namun sejumlah kritikus mengatakan rancangan amendemen konstitusi saat itu memperpanjang masa jabatan presiden menjadi enam tahun dan menghapus masa jabatan presiden dua periode saja.
Saat itu Alpha Conde tak tegas-tegas menyatakan ingin masa jabatan presiden diperpanjang, ia sempat mendukung sedikit penundaan karena tanggung jawab nasional dan regional.
Bahkan, dalam pidato kenegaraan di televisi Guinea, ia mengatakan rakyat punya pilihan untuk memungkinkan amendemen dan perubahan komposisi parlemen.
Menurut Pakar Afrika Barat, Paul Melly, kepada DW, ini adalah cara halus untuk menyatakan secara tersirat bahwa Conde telah mendapat tekanan berat dari partai politik dan masyarakat sipil.
Perubahan konstitusi itu pun terjadi saat banyak negara di kawasan itu mencoba mempromosikan gagasan bahwa masa jabatan presiden tak boleh lebih dari dua periode.
“Pertanyaannya adalah, apakah masuk akal bagi Conde yang sudah 80-an tahun maju lagi (sebagai presiden)? Dan, apakah mungkin mengadakan pemilihan lagi secara bebas dan adil ketika daftar pemilih tampaknya sulit dipercaya?” ujar Melly pada 2 Maret 2020, dilansir dari Deutsch Welle (DW).
Sosok Presiden Alpha Conde
Dalam sebuah rekaman video, salah satu perwira militer Guinea, Kolonel Mamadi Doumbouya, menuturkan militer telah menangkap Conde, membekukan konstitusi, pemerintah, dan seluruh institusi negara.
Presiden berusia 83 tahun itu terdiam, menolak menjawab semua pertanyaan yang diutarakan salah satu personel.
Presiden Conde terlihat tengah duduk di sebuah sofa dikelilingi oleh personel militer, dalam video yang diunggah AFP.
Alpha Conde telah menjabat sebagai Presiden Guinea Ke-4 sejak 21 Desember 2010 lalu setelah berjuang mencalonkan diri sebagai pemimpin negara itu dua kali pada 1993 dan 1998 namun gagal.
Alpha Conde akhirnya memenangkan putaran kedua pemilihan presiden pada 2010 mengalahkan pesaingnya, Cellou Dalein Diallo.
Conde pun menjadi Presiden Guinea pertama yang terpilih dalam pemilu.
Pada 2015 dan 2020, Alpha Conde kembali terpilih menjadi presiden negara itu untuk periode kedua dan ketiganya.
Puluhan warga dikabarkan tewas dan ratusan orang lainnya ditahan aparat saat berdemonstrasi memprotes periode ketiga Conde.
Di awal periodenya sebagai presiden, Alpha Conde bertekad ingin membasmi korupsi dan menegakkan demokrasi di Guinea. Namun, pada 2016, Alpha Conde dan putranya terkait skandal korupsi.
Alpha Conde memproklamirkan dirinya pemenang pemilu meski Diallo dan tokoh oposisi mencela pemungutan suara 2020 telah dicurangi.
Sumber: The Guardian, DW, AFP, CNN