ISLAMTODAY ID-Bukan rahasia lagi bahwa selama setengah dekade terakhir China dan Rusia telah tumbuh lebih dekat, bahkan menjadi sekutu yang kuat dalam menghadapi tekanan dan sanksi Washington terhadap pejabat di kedua negara.
Kerja sama yang berkembang di bidang pengembangan militer, ekonomi, dan infrastruktur telah berkembang pesat di mana Beijing secara terbuka membela Rusia dan dengan keras mengutuk putaran berikutnya sanksi AS yang diusulkan terhadap pejabat Moskow.
Kementerian Luar Negeri China pada hari Senin (27/9) menyatakan sangat menentang sanksi baru terhadap pejabat tinggi Rusia.
China mengatakan para pemimpin Kongres AS menggunakan hak asasi manusia sebagai dalih untuk memastikan upaya dalam meningkatkan hubungan AS-Rusia gagal.
“Praktik hegemonik dan intimidasi AS ditolak oleh Rusia dan China dan akan mendapat penolakan dan penentangan dari semakin banyak negara,” ujar pernyataan hari Senin (27/9), seperti dilansir dari ZeroHedge, Senin (27/9).
“China sangat menentang Washington yang menerapkan sanksi sepihak dengan dalih melindungi hak asasi manusia mengingat bahwa melanggar ketentuan Piagam PBB dan bertindak bertentangan dengan norma-norma hukum internasional yang diterima secara umum,” ujar juru bicara Hua Chunying di Beijing.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa langkah AS adalah contoh lain dari perilaku ‘intimidasi’ sepihak Amerika Serikat (seperti yang semakin dirujuk oleh pejabat China), dan bahwa “semakin banyak negara” menentang upaya Washington untuk menghukum Moskow sambil mengibarkan bendera hak asasi manusia.
Sanksi baru yang dimaksud adalah bagian dari undang-undang anti-Rusia yang dikemas ke dalam anggaran belanja pertahanan AS untuk tahun 2022.
Secara khusus sanksi tersebut menargetkan 35 pejabat tinggi Rusia, termasuk walikota Moskow dan kepala Kementerian Kesehatan Mikhail Murashko.
Undang-undang tersebut juga terus merujuk pada ‘campur tangan pemilu’ dan tuduhan biasa lainnya terhadap Kremlin.
Beijing mengeluarkan pembelaan publik tingkat tinggi terhadap Putin ketika China juga berada di bawah sorotan hak asasi manusia yang serupa, terutama atas tindakan kerasnya di Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir, dan laporan luas tentang ‘kamp pendidikan ulang’ minoritas Uighur di wilayah barat laut Xinjiang.
Biasanya kementerian luar negeri telah menerapkan “standar ganda” dan tuduhan kemunafikan dalam menanggapi kritik Washington terhadap China.
Pertahanan baru Rusia ini menunjukkan kedua negara memperdalam front persatuan mereka melawan musuh bersama mereka.
Selain itu, latihan militer bersama keduanya dalam beberapa tahun terakhir telah ditingkatkan.
Angkatan laut AS dan Inggris akhir-akhir ini mengerahkan kehadiran yang lebih aktif di perairan yang diperebutkan Laut China Selatan dan dekat Taiwan, dan ini langkah untuk potensi konfrontasi militer besar antara Barat dan aliansi Rusia-China.
(Resa/ZeroHedge)