ISLAMTODAY ID-Menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) milik negara, Tentara Rakyat Korea (KPA) menguji kendaraan luncur hipersonik baru untuk pertama kalinya pada hari Selasa (28/9).
Tes itu dilakukan hanya beberapa hari setelah AS berhasil menembakkan senjata hipersoniknya sendiri untuk pertama kalinya.
“Pengembangan rudal hipersonik, salah satu dari lima tugas prioritas utama dari rencana lima tahun yang dihadapi bidang senjata strategis untuk pengembangan ilmu pertahanan dan sistem senjata yang ditetapkan pada Kongres Partai ke-8, telah didorong ke depan. sesuai dengan proses pengembangan yang berurutan, ilmiah, dan andal,” ungkap KCNA, Rabu (29/9), seperti dilansir dari Sputniknews, Rabu (29/9).
Senjata itu bernama Hwasong-8 dan ditembakkan dari Mupyong-ri di Provinsi Jagang.
“Dalam peluncuran uji pertama, ilmuwan pertahanan nasional mengkonfirmasi kontrol navigasi dan stabilitas rudal di bagian aktif, dan juga spesifikasi teknisnya termasuk kemampuan manuver pemandu dan karakteristik penerbangan meluncur dari hulu ledak peluncur hipersonik yang terlepas,” ungkap publikasi itu.
Laporan tersebut menambahkan bahwa para ilmuwan juga “mengkonfirmasi stabilitas sistem bahan bakar rudal yang diperkuat dan aktuator yang diperkenalkan untuk pertama kalinya.”
Tes tersebut disaksikan oleh Pak Jong Chon, anggota Presidium Biro Politik dan sekretaris Partai Pekerja Korea (WPK).
Tes hari Selasa (28/9), yang terbang ke arah timur ke Laut Jepang, terdeteksi oleh Jepang dan Korea Selatan.
Namun, mereka memperkirakan “proyektil tak dikenal” itu kemungkinan adalah rudal balistik.
Akan sulit bagi mereka untuk membedakannya jika mereka tidak mencarinya.
Secara teknis, semua rudal balistik adalah hipersonik, karena mereka harus bergerak lebih cepat dari Mach 5 untuk menghindari gravitasi bumi.
Namun, kendaraan luncur hipersonik tidak akan mengikuti lintasan balistik tradisional yang agak mudah dideteksi dan diprediksi.
Sebaliknya, setelah mencapai kecepatan luar biasa berkat roket, kendaraan luncur akan terlepas setelah beberapa menit dan meluncur tanpa daya menuju sasarannya.
Kendaraan luncur hipersonik yang ada, seperti yang dikembangkan oleh Rusia dan China, sangat bermanuver dan dimaksudkan untuk menghindari intersepsi.
Rudal hipersonik sangat sulit dideteksi dan ditembak jatuh, karena satelit pendeteksi rudal balistik yang ada mencari panas mesin roket dan kendaraan luncur tidak memiliki mesin.
Rusia mengklaim sistem pertahanan udara S-500 Prometheus-nya dapat menembak jatuh rudal hipersonik dan AS bermaksud menguji apakah Standard Missile-6 (SM-6) dapat melakukannya.
Amerika Serikat mengutuk peluncuran rudal Korea Utara baru-baru ini yang mengacaukan kawasan itu, ujar juru bicara Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan yang diperoleh Sputnik.
“Kami mengetahui laporan-laporan ini. Kami sedang bekerja untuk mengkonfirmasi sifat spesifik dari acara peluncuran baru-baru ini dan berkonsultasi dengan sekutu kami,” ungkap juru bicara itu.
“Kami menanggapi laporan tentang kemampuan baru dengan serius, dan seperti yang telah kami katakan, kami mengutuk setiap peluncuran rudal ilegal, yang mengganggu stabilitas kawasan dan komunitas internasional,” tambah pernyataan itu.
Sejak tahun 2018, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) telah menguji beberapa rudal balistik jarak pendek yang bersifat road-mobile dan mengikuti lintasan tertekan yang dibanggakan KPA mampu menghindari sistem pertahanan udara AS di Korea Selatan, seperti Patriot sistem pertahanan udara dan sistem Terminal High Altitude Air Defense (THAAD).
Bulan lalu, mereka juga meluncurkan rudal jelajah jarak jauh baru.
Senjata-senjata ini tidak diatur oleh perjanjian senjata yang ada atau dilarang oleh mandat PBB.
Untuk diketahui, Korea Selatan melanjutkan latihan bersama besar-besaran dengan pasukan AS yang melatih serangan terhadap DPRK.
Pada awal Agustus, Kim Yo Jong, wakil direktur Departemen Publisitas dan Informasi WPK mengatakan negara sosialis itu akan “memperkuat pertahanan nasional kita dan kemampuan pencegahan yang kuat untuk dengan cepat menanggapi setiap tindakan militer.”
Selain DPRK, satu-satunya negara yang berhasil mengembangkan senjata hipersonik adalah Rusia, Cina, dan Amerika Serikat, yang berarti negara sosialis kecil itu akan bergabung dengan klub elit lainnya.
Sementara Rusia dan China sama-sama memiliki banyak senjata seperti itu, AS sejauh ini berjuang untuk menyempurnakan rudal hipersonik.
Kedua percobaan uji tembak AGM-183 Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW) Lockheed Martin telah gagal.
Namun, pada hari Senin (27/9), Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Pentagon mengumumkan bahwa mereka telah berhasil meluncurkan senjata pesaingnya untuk pertama kalinya, Hypersonic Air-Breathing Weapon Concept (HAWC).
Senjata itu menggunakan mesin scramjet eksperimental, dan akan berfungsi seperti rudal jelajah, daripada meluncurkan kendaraan luncur tanpa tenaga.
(Resa/Sputniknews)