ISLAMTODAY ID-Presiden China Xi Jinping membahas ketegangan yang berkembang seputar masalah Taiwan selama pidato Jumat (8/10) di Beijing untuk menandai peringatan 110 tahun “Revolusi Xinhai”.
Untuk diketahui, Revolusi Xinhai telah meruntuhkan dinasti kekaisaran terakhir dan membuka jalan bagi pembentukan Republik China.
Tidak cukup agresif seperti pernyataan terakhir yang berfokus pada Taiwan yang dia berikan dalam pidato berapi-api pada bulan Juli, Xi menekankan China berkomitmen penuh untuk reunifikasi penuh pulau itu ke “tanah air dengan cara damai”.
“Dia bersumpah bahwa kebijakan “satu negara, dua sistem” akan “pasti” diterapkan dalam waktu dekat. Itu “harus dan bisa diwujudkan,” ungkapnya.
“Untuk mencapai reunifikasi tanah air dengan cara damai paling sejalan dengan kepentingan keseluruhan bangsa China, termasuk rekan-rekan kami di Taiwan,” ujar Xi dalam pidatonya, seperti dilansir dari ZeroHedge, Sabtu (9/10).
Dalam peringatan terselubung terhadap Barat, dan khususnya Amerika Serikat, Xi menyebut masalah itu “sepenuhnya urusan internal China”:
“Tidak ada yang boleh meremehkan tekad dan kemampuan kuat rakyat Tiongkok untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial [kita]. Tugas sejarah penyatuan kembali tanah air harus dipenuhi, dan itu pasti akan dipenuhi,” ujar Xi.
Dia juga mendesak Taiwan untuk “berdiri di sisi kanan sejarah bersama-sama untuk menciptakan tujuan mulia reunifikasi penuh dan peremajaan besar bangsa China”.
Namun, secara luas diketahui bahwa ia menekankan cara penyatuan kembali yang “damai”, tanpa menjelaskan dengan tepat bagaimana skenario itu akan terjadi:
Presiden China Xi Jinping berjanji pada hari Sabtu (9/10) untuk mewujudkan “penyatuan kembali” secara damai dengan Taiwan.
Meskipun tidak secara langsung menyebutkan penggunaan kekuatan setelah seminggu ketegangan dengan pulau yang diklaim China yang memicu kekhawatiran internasional.
Langkah ini adalah nada yang jauh lebih lembut dibandingkan dengan pidato awal Juli yang dia berikan pada peringatan 100 tahun Partai Komunis China.
Untuk acara sebelumnya, presiden telah mengatakan bahwa China berkomitmen pada reunifikasi Taiwan untuk memastikan “stabilitas” berkelanjutan di Hong Kong, bersumpah bahwa kekuatan “penindas” dari luar pasti akan “dipenggal kepalanya”.
(Resa/Sputniknews)