ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh Dave DeCamp melalui AntiWar.com dengan judul Blinken Admits US Policy Is To ‘Oppose The Reconstruction Of Syria’.
Pada hari Rabu (13/10), Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan posisi AS di Suriah adalah untuk “menentang” rekonstruksi Suriah dan tidak mendukung upaya normalisasi dengan pemerintah Bashar al-Assad.
Pada konferensi pers bersama dengan rekan-rekannya dari Israel dan UEA, Blinken mengatakan AS tidak “mengubah posisi pada menentang rekonstruksi Suriah sampai ada kemajuan yang tidak dapat diubah menuju solusi politik.”
Semakin banyak negara Arab menerima bahwa Assad tidak akan kemana-mana dan telah mengambil langkah-langkah untuk menormalkan, termasuk Yordania, yang membuka perbatasannya dengan Suriah pada bulan September.
Blinken mengatakan AS tidak bermaksud untuk “mengungkapkan dukungan apa pun untuk upaya menormalkan hubungan atau merehabilitasi Assad” atau mencabut “sanksi tunggal” kecuali ada perubahan rezim di Damaskus.
Sanksi AS di bawah Caesar Act terhadap Suriah secara khusus menargetkan sektor energi dan konstruksi untuk menghambat kemampuan negara itu dalam membangun kembali setelah 10 tahun perang yang brutal.
Sanksi tersebut dapat menargetkan siapa pun tanpa memandang kebangsaan, sehingga membuat tetangga Suriah tidak dapat membantu dalam rekonstruksi.
Amerika Serikat belum “mencabut satu sanksi pun terhadap Suriah atau mengubah posisinya yang menentang rekonstruksi Suriah sampai ada kemajuan yang tidak dapat diubah menuju solusi politik, yang kami yakini perlu dan vital,” ujar Blinken, seperti dilansir dari ZeroHedge, Kamis (14/10).
Selain sanksi, AS juga mempertahankan pasukan pendudukan sekitar 900 tentara di Suriah timur dan mendukung Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi di wilayah tersebut.
Daerah Suriah ini adalah tempat sebagian besar ladang minyak negara itu berada, sehingga kehadiran AS menjauhkan sumber daya vital dari tangan Damaskus.
Sementara “Assad kembali” menjadi fokus liputan di beberapa media arus utama, termasuk di sampul Newsweek terbaru.
Perang ekonomi Washington melawan Suriah memperburuk kekurangan pangan negara itu.
Menurut PBB, per Februari, jumlah warga Suriah yang hampir kelaparan mencapai 12,4 juta, atau 60 persen dari populasi.
(Resa/ZeroHedge)