ISLAMTODAY ID-Akhir pekan ini AS dan Yunani menandatangani pakta pertahanan yang ditujukan untuk memukul mundur ekspansi Turki di Mediterania.
Langkah itu dilakukan setelah setahun melonjaknya ketegangan atas eksplorasi minyak dan gas Turki di dalam perairan Yunani dan Siprus.
Kesepakatan itu ditandatangani di Washington oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias dengan menghasilkan kesepakatan bahwa secara krusial mengizinkan penggunaan pangkalan Yunani yang diperluas oleh pasukan Amerika.
Kesepakatan tersebut memberikan lampu hijau hukum bagi pasukan AS untuk diundang oleh pasukan militer Yunani kapan saja, terutama jika sekutu kecil Mediterania AS itu berada di bawah ancaman.
Militer AS sekarang dapat melatih dan beroperasi “dalam kapasitas yang diperluas” di beberapa pangkalan tambahan, menurut deskripsi kesepakatan Menlu Dendias.
Langkah tersebut merupakan perluasan signifikan dari pakta sebelumnya.
Salah satu pangkalan Yunani yang dimaksud adalah hanya beberapa mil dari Turki; namun, mungkin tidak ingin memprovokasi militer terbesar nomor dua di NATO, Menlu Yunani berusaha memastikan hal berikut:
“Ini bukan kesepakatan…melawan orang lain,” ujar Dendias dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press setelah upacara penandatanganan, meskipun dia mencatat perjanjian baru itu menempatkan kehadiran militer AS hanya beberapa mil (kilometer) dari Turki.
“Ini adalah kesepakatan antara Yunani dan Amerika Serikat, dan tujuan dari kesepakatan tersebut adalah stabilitas dan kemakmuran kedua negara kita,” ungkap Dendias, seperti dilansir dari ZeroHedge, Sabtu (16/10).
Peringatan itu muncul setelah Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuduh Athena “bersaing dengan” dan “menduplikasi” NATO – mengingat kerja sama militernya yang semakin dalam dengan Prancis.
Dendias pada gilirannya membela pakta dan latihan militer dengan Prancis sebagai “perjanjian yang melengkapi NATO” dan lebih lanjut menekankan “Itu tidak mengurangi peran NATO”.
Sementara itu, Turki selama bertahun-tahun menuduh Yunani secara sembrono “memiliterisasi” pulau-pulau Aegea yang dekat dengan daratan Turki.
Tetapi Yunani dan Cypress telah lama menuduh NATO dan Uni Eropa bersikap sedikit hangat dalam menanggapi perluasan klaim teritorial Turki di Mediterania timur.
Misalnya, Turki menggunakan pendudukannya selama puluhan tahun di Siprus Utara untuk mengklaim hak atas keseluruhan perairan yang mengelilingi pulau itu.
Dalam beberapa kasus, kapal Yunani dan Turki saling menabrak, atau hampir terlibat dalam insiden tembakan langsung.
Namun, prospek ‘perang panas’ mungkin berkurang mengingat meningkatnya kehadiran militer AS dan Prancis di pangkalan pulau Yunani.
Terlepas dari memburuknya hubungan AS-Turki, Ankara kemungkinan akan berpikir dua kali sebelum membiarkan hal-hal meningkat menjadi konfrontasi militer besar.
(Resa/ZeroHedge)