ISLAMTODAY ID-Dalam beberapa pekan terakhir, Kashmir yang dikelola India telah menyaksikan lonjakan kekerasan, termasuk serentetan dugaan serangan teroris terhadap warga sipil.
Setidaknya 33 orang telah tewas di wilayah yang dijaga ketat militer sejak awal Oktober.
Kementerian Dalam Negeri India telah memutuskan untuk mengerahkan setidaknya 2.500 personel keamanan tambahan ke Jammu dan Kashmir di tengah meningkatnya jumlah kasus pembunuhan dan pertemuan yang ditargetkan di lembah itu.
Keputusan itu diambil dalam pertemuan tingkat tinggi para pejabat kementerian pada hari Rabu setelah intelijen menyatakan lembah itu mengalami kemunduran dalam hukum dan ketertiban.
“Kelompok teror telah mempekerjakan pemuda untuk melakukan serangan yang berdiri sendiri. Sebuah daftar telah disiapkan untuk kasus-kasus seperti itu, dan kami telah menemukan beberapa kesamaan di antara mereka,” ujar sumber-sumber pemerintah kepada Sputnik, seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (21/10).
Para pejabat mengatakan bahwa pasukan keamanan harus melakukan upaya ekstra untuk melacak para pembunuh, karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki catatan kriminal.
“Kelompok teror membayar sejumlah besar uang untuk satu serangan, dan mereka tidak mempekerjakan orang yang sama untuk melakukan beberapa serangan,” tambah sumber.
Militan ini telah menggunakan senjata kecil yang mudah disembunyikan seperti pistol untuk menembak orang.
Gelombang pembunuhan baru oleh para tersangka militan ini tampaknya diarahkan pada pekerja migran, yang telah menimbulkan rasa takut yang sangat besar.
Ratusan non-Kashmiris telah mulai meninggalkan lembah, takut hidup mereka dalam bahaya.
Kashmir telah menyaksikan setidaknya 22 pembunuhan pada bulan Oktober.
Setidaknya 13 gerilyawan telah tewas dalam beberapa operasi oleh pasukan keamanan di lembah Kashmir dalam dua minggu terakhir.
Laporan media menunjukkan bahwa Badan Investigasi Nasional (NIA), bersama dengan Polisi Jammu dan Kashmir dan badan-badan intelijen, telah menahan sekitar 800 orang untuk “memutuskan jaringan pekerja darat (OGW)” yang terlibat dalam operasi teroris sejauh ini.
(Resa/Sputniknews)