ISLAMTODAY ID-Mosi tersebut memungkinkan militer Turki untuk melakukan operasi lintas batas di Azerbaijan selama satu tahun lagi, dari 17 November 2021 hingga 17 November 2022.
Parlemen Turki telah menyetujui mosi untuk memperpanjang pengerahan pasukan Turki di Azerbaijan selama satu tahun lagi.
Partai Keadilan dan Pembangunan (AK), oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP), Partai Gerakan Nasionalis (MHP), dan oposisi Partai Baik (IYI) mendukung mosi tersebut pada hari Rabu (10/11).
“Turki, yang telah sangat mendukung Azerbaijan sejak awal proses sehingga dapat mempertahankan semua haknya termasuk integritas teritorialnya berdasarkan hukum internasional dan hak berdaulat yang sah, mengambil inisiatif penting untuk pelestarian dan penguatan perdamaian dan stabilitas di kawasan dan untuk pembangunan dan pemulihan infrastruktur ekonomi untuk memfasilitasi ini,” bunyi mosi tersebut.
Disebutkan bahwa pusat gabungan di Karabakh yang dibentuk oleh angkatan bersenjata Turki dan Rusia untuk memantau gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia berhasil melanjutkan kegiatannya.
“Turki juga berkontribusi pada keamanan kawasan dan membangun kepercayaan antara para pihak melalui pusat bersama,” tambahnya, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (11/11)
Mosi itu seharusnya diperdebatkan di parlemen pada hari Selasa (9/11) tetapi tidak berhasil karena kurangnya kuorum.
Ini memungkinkan militer Turki untuk melakukan operasi lintas batas di Azerbaijan selama satu tahun lagi, dari 17 November 2021 hingga 17 November 2022.
Pembebasan Karabakhu
Hubungan antara bekas republik Soviet di Armenia dan Azerbaijan telah tegang sejak tahun 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Bentrokan baru meletus pada 27 September 2020, dengan tentara Armenia menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan, dan melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.
Selama perang 44 hari, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan 300 pemukiman dan desa yang diduduki oleh Armenia selama hampir 30 tahun.
Sebelumnya, sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal.
Pertempuran berakhir dengan kesepakatan yang ditengahi Rusia pada 10 November 2020, dengan gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia.
Dua bulan kemudian, para pemimpin Rusia, Azerbaijan dan Armenia menandatangani pakta untuk mengembangkan hubungan ekonomi dan infrastruktur yang menguntungkan seluruh wilayah.
Ini juga termasuk pembentukan kelompok kerja trilateral di Karabakh.
(Resa/TRTWorld)