ISLAMTODAY ID- Beberapa negara Eropa terjadi protes dan kerusuhan sebagai tanggapan terhadap pembatasan Covid-19 selama musim dingin.
Para demonstran menentang aturan dan persyaratan baru, yang mengharuskan kepemilikan bukti vaksinasi Covid-19.
Ironisnya, beberapa unjuk rasa mengarah pada kekerasan dan penangkapan atau berubah menjadi kerusuhan.
Untuk diketahui, banyak pemerintah di Eropa mulai mengatakan sejumlah langkah pengetatan diperlukan, untuk mengurangi gelombang musim dingin dan sistem kesehatan yang tegang.
Selain itu, ratusan orang melakukan kerusuhan di Rotterdam, Belanda. Tiga orang dirawat di rumah sakit setelah polisi menembakkan peluru dalam insiden ini, Reuters melaporkan pada Jumat (19/11).
Lebih lanjut, sebanyak lima puluh satu orang ditangkap menurut pihak berwenang setempat.
Ahmed Aboutaleb, Wali Kota Rotterdam, mengatakan protes itu seolah menjadi “pesta kekerasan”.
Kekerasan baru meletus di kota Belanda lainnya, Den Haag, pada Sabtu (20/11/2021).
Pengunjuk rasa melemparkan kembang api dan membakar sepeda.
Polisi menggunakan tongkat, kuda dan anjing untuk mengendalikan kerusuhan, menurut laporan BBC.
Di Wina, Austria, puluhan ribu orang memprotes pembatasan baru dan rencana pemerintah untuk membuat vaksin wajib bagi semua warga pada Februari tahun depan, menurut laporan Reuters.
Pemerintah Austria mengatakan langkah itu diperlukan karena negara itu tidak memiliki tingkat vaksinasi yang cukup tinggi.
Sementara itu, ribuan orang di Zagreb, Kroasia, juga melakukan unjuk rasa menentang rencana membuat vaksin wajib, meski khusus bagi pegawai sektor publik, BBC melaporkan.
Di Italia, ribuan orang berkumpul di Milan dan ribuan lainnya berkumpul di Roma, menurut laporan Il Messaggero.
Mereka memprotes “izin hijau” negara itu, atau sertifikat yang membuktikan seseorang telah divaksinasi, dites negatif, atau pulih dari Covid-19.
Sementara itu di Belgia, hampir 35.000 orang turun ke jalan dalam protes damai yang pecah menjadi kekerasan.
Protes terjadi setelah pemerintah Belgia mengeluarkan mandat yang lebih luas untuk masker dan aturan bekerja dari rumah mulai Rabu pekan lalu.
Denmark, dan wilayah seberang laut Perancis Guadeloupe memiliki protes serupa.
Pemerintah Perancis mengirim pasukan polisi khusus ke Guadeloupe setelah tiga hari protes terhadap pembatasan Covid-19, yang berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan.
Unjuk rasa awalnya diserukan oleh serikat pekerja untuk menentang aturan “izin kesehatan Perancis”, yang diperlukan untuk mengakses restoran, acara olahraga dan tempat-tempat lain.
Termasuk soal vaksinasi wajib bagi pekerja sektor kesehatan.
Sumber : Kompas.com