ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh Dave DeCamp melalui AntiWar.com dengan judul US Refuses To Engage With Marshall Islands On Nuke Damage.
AS menolak untuk terlibat dengan Kepulauan Marshall mengenai kompensasi atas kerusakan lingkungan dan kesehatan yang disebabkan oleh lusinan uji coba senjata nuklir AS yang dilakukan pada tahun 1940-an dan 1950-an, lapor The Associated Press Kamis (25/11).
Kepulauan Marshall adalah rumah bagi pangkalan militer utama AS dan pada dasarnya diperlakukan sebagai wilayah AS di bawah perjanjian yang dikenal sebagai Compact of Free Association.
Tetapi perjanjian itu akan segera berakhir, dan perselisihan mengenai uji coba senjata nuklir membuat beberapa anggota Kongres prihatin.
Anggota parlemen AS tidak khawatir bahwa orang-orang di Kepulauan Marshall belum diberi kompensasi yang layak. Sebaliknya, mereka khawatir China bisa masuk.
“China terlalu siap untuk turun tangan dan menyediakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan dan investasi ketahanan iklim yang dicari oleh mitra lama ini,” tulis 10 anggota DPR dari Partai Demokrat dan Republik dalam sebuah surat kepada Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.
Pada tahun 1980-an, AS setuju untuk memberi Kepulauan Marshall penyelesaian USD 150 juta, tetapi jumlah ini jauh dari apa yang dibutuhkan untuk membersihkan semua puing radioaktif.
“Semua orang tahu negosiasi pada saat itu tidak adil atau setara,” ujar Senator Marshall David Paul kepada AP, seperti dilansir dari ZeroHedge, Ahad (28/11).
“Jika Anda melihat total biaya kerusakan properti dan masalah kesehatan yang sedang berlangsung hingga saat ini, ini sangat disayangkan. Ini penghinaan.”
Seorang pejabat AS mengakui kepada AP bahwa Washington telah “menghalangi” pembicaraan tentang warisan nuklir AS.
“Kami tahu itu penting, tetapi ada penyelesaian penuh dan final, dan kedua belah pihak menyetujuinya. Jadi, masalah itu tidak bisa dibuka kembali,” ungkap pejabat itu.
AP juga berbicara dengan James Matayoshi, walikota Rongelap Atoll di Kepulauan Marshall.
Seperti ratusan orang Marshall lainnya, Matayoshi telah dipindahkan dari atol asalnya karena uji coba senjata nuklir dan belum kembali.
Almarhum ibunya sedang hamil pada saat salah satu ledakan dan melahirkan bayi yang lahir mati karena paparan radiasi.
Mengenai China, Matayoshi mengatakan para pejabat sedang mencari investasi Asia, dan kesepakatan semacam itu tidak akan tentang pengaruh China.
“Itu akan menjadi transaksi bisnis. Kami tidak menganjurkan perang atau pengaruh negara adidaya apa pun. Tetapi kami ingin dapat tinggal di halaman belakang kami, dan menikmati hidup di sini,” ujarnya.
(Resa/ZeroHedge/The Associated Press)