ISLAMTODAY ID —Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah memenjarakan semua orang yang mengancam jalannya untuk menjadi Raja.
Saudara laki-laki Raja Salman, putra saudara laki-lakinya, Mohammed bin Nayef, dan dua putra raja sebelumnya yaitu Raja Abdullah, juga ditahan, sementara seorang Putri dibebaskan dari penjara baru-baru ini.
Raja Abdullah meninggal pada 23 Januari 2015, dan tahta diberikan kepada Salman, pada hari yang sama Raja Salman mengangkat Muhammad bin Nayef sebagai Putra Mahkota.
Adik laki-laki Salman, Pangeran Ahmad bin Abdul Aziz Al Saud, adalah putra lain dari pendiri Arab Saudi.
Namun, pada Maret 2020, Pangeran Ahmad ditahan di Arab Saudi dalam apa yang bisa disebut sebagai tahanan rumah setelah kembali dari London, dengan jaminan bahwa dia akan bebas.
Pemerintahan Raja Salman sepenuhnya dijalankan oleh Putra Mahkota Mohammed, putranya yang masih kecil, atau dikenal sebagai MBS.
MBS-lah yang mengeluarkan perintah untuk menangkap Pamannya, Pangeran Ahmad, dan mantan Putra Mahkota, Mohammed bin Nayef, sepupunya.
Baik Pangeran Ahmad maupun Pangeran Mohammed bin Nayef mengenyam pendidikan tinggi di AS, dan keduanya pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri.
Pangeran Ahmad menentang MBS menjadi Putra Mahkota, selain itu hingga hari ini Pangeran Ahmad duduk di badan keluarga Kerajaan dengan persetujuan akan menjabat sebagai Raja Arab Saudi selanjutnya.
Sedangkan, Putra Mahkota Muhammed bin Nayef kehilangan posisinya sebagai menteri dalam negeri, padahal Dia telah menjadi putra mahkota dan wakil perdana menteri pertama Arab Saudi dari 2015 hingga 2017 dan menteri dalam negeri dari 2012 hingga 2017.
Bruce Riedel, mantan analis CIA mengatakan tentang pemenjaraan Mohammed bin Nayef, “Dia tidak menghadapi proses peradilan apa pun yang kita ketahui. Tuduhan pengkhianatan tidak masuk akal. Dia berada di penjara karena dia adalah simbol alternatif yang layak dan kompeten untuk menjabat sebagai Raja. Mohammed bin Salman ingin menyingkirkan kandidat utama ini untuk memimpin Arab Saudi… Tim Biden, terutama kepemimpinan intelijen yang baru, harus mendesak kebebasan Mohammed bin Nayef.”
Pada November 2017, MBS memerintahkan saudara-saudaranya sendiri untuk ditangkap seperti penjahat dan mengunci puluhan Pangeran di Hotel Ritz Carlton yang mewah di Riyadh.
MBS menyebut penangkapan dan penggeledahan itu sebagai operasi anti-korupsi.
Tentu saja ini adalah sebuah taktik yang jelas untuk menyingkirkan saingan potensial untuk suksesi takhta, MBS ingin mengamankan kursinya di atas takhta Arab Saudi.
Visi 2030 Milik MBS
Awal bulan ini, dilaporkan Putri Basmah, putri Saud, putra pendiri Arab Saudi, dibebaskan dari penjara setelah tiga tahun ditahan tanpa dakwaan. Dia adalah keponakan Raja Salman dan Pangeran Ahmed.
Putrinya, Suhoud al-Sharif, juga dibebaskan dari penjara Al-Ha’ir. Penangkapan pasangan ibu-anak ini terjadi pada Maret 2019 setelah Putri Basmah merencanakan perjalanan ke Swiss untuk menerima perawatan penyakit jantung.
Putri Basmah telah menjadi kritikus yang blak-blakan terhadap perlakuan Saudi terhadap isu-isu perempuan. Tapi, para ahli juga menunjukkan fakta bahwa dia adalah sekutu Mohammed bin Nayef sebagai alasan lain MBS memenjarakannya.
Saat berbicara kepada BBC Arabic pada tahun 2018, Putri Basmah menuduh MBS menolak menerima mereka yang tidak mendukung rencana perombakannya, yang dikenal sebagai Visi 2030.
“Dia memiliki visi, Visi 2030, dan saya melihat bahwa dalam visi itu, ada visi arah menuju jenis isolasi semua orang yang tidak setuju dengan visi itu, ”katanya.
MBS Ingin Melepas Ketergantungan Arab Saudi Kepada AS
Selain keberhasilan Muhammad bin Nayef dalam kontra-terorisme dan latar belakang pendidikannya, ia dipandang sebagai salah satu pendukung setia AS di antara para bangsawan Saudi, seperti halnya Pangeran Ahmed.
Para ahli percaya ini adalah faktor lebih lanjut mengapa MBS menargetkan keduanya untuk ditangkap.
MBS dikatakan menghina AS dan ingin menjauh dari ketergantungan pada Washington.
Raja Arab Saudi masa depan mungkin ingin menjaga jarak dari Washington, tetapi itu tidak berarti bahwa AS tidak tertarik pada siapa yang akan mengambil takhta di Arab Saudi itu. (Rasya)