ISLAMTODAY ID – Rencana pemukiman baru oleh Israel yang dilindungi oleh tentara disinyalir menimbulkan ancaman besar bagi lanskap ekologi daerah tersebut
Pemukim Israel telah mendirikan pos terdepan baru di desa Battir di distrik Betlehem Tepi Barat selatan yang diduduki.
Hal ini memicu kekhawatiran di antara penduduk setempat yang khawatir pos terdepan akan mengarah pada penyitaan lebih lanjut atas tanah mereka.
Tepat setelah tengah malam pada hari Senin (7/3), sekelompok pemukim Israel, ditemani oleh tentara Israel bersenjata, tiba di puncak gunung di pinggiran Battir, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO yang terkenal dengan puncak bukit hijau subur dan teras kuno.
“Mereka membawa dua karavan mobil, tenda besar, tangki air, dan beberapa domba, dan didirikan di atas bukit,” ungkap aktivis lokal Hassan Muamer kepada Middle East Eye, seperti dilansir dari MEE, Kamis (10/3).
“Keesokan paginya, setelah kami mengetahui apa yang terjadi, sekelompok kami dari desa bergerak untuk menghadapi para pemukim, tetapi ketika kami mendekati pos terdepan, tentara mulai menyerang kami,” katanya.
“Mereka menembakkan gas air mata dan bom suara ke arah kami, dan bahkan menangkap seorang anak laki-laki berusia 14 tahun.”
Sejak pemukim mendirikan pos terdepan, pasukan Israel telah berpatroli di daerah itu, dan mencegah warga Palestina masuk dalam radius satu kilometer dari daerah tersebut.
“Inilah yang diinginkan para pemukim,” ungkap Muamer.
“Mereka ingin mengambil alih tanah kami dan mendorong Palestina keluar darinya.”
Bukan Percobaan Pertama
Pengambilalihan gunung di Battir pada Senin (7/3) malam adalah upaya keempat oleh pemukim yang sama untuk mendirikan pos terdepan di daerah itu selama tiga setengah tahun terakhir.
“Pada Malam Natal 2018, lusinan pemukim bersenjata datang dan mencoba mengambil alih gunung. Saat itu, kami berhasil mengusir mereka dari darat dan menjatuhkan karavan yang mereka dirikan,” kenang Muamer.
Dia mengatakan bahwa para pemukim mencoba melakukan hal yang sama lagi pada tahun 2020, dan sekali lagi pada tahun 2021, tetapi penduduk Battir dapat menangkisnya dua kali.
“Sejak kejadian terakhir pada tahun 2021, kami membentuk patroli sukarelawan untuk memantau area dan melindungi tanah. Selama setahun terakhir kami telah pergi dan memantau daerah itu untuk mencegah para pemukim datang lagi, ”ungkapnya.
“Tapi kali ini para pemukim menunggu sampai lewat tengah malam, ketika mereka tahu kami sudah pulang, dan mereka datang dengan perlindungan tentara yang berat, jadi tidak ada yang bisa kami lakukan,” ujarnya.
‘Blok Pemukiman Besar-besaran’
Mayoritas tanah di Battir dinyatakan oleh Israel sebagai Area C, dan telah lama menjadi target perluasan pemukiman Israel.
Desa ini terletak di tengah koridor pemukiman Israel yang membentang dari tanah selatan Betlehem hingga Yerusalem Timur yang diduduki.
Menurut Muamer, pemukim yang mendirikan pos terdepan di Battir adalah pemukim yang sama yang pada 2019 mendirikan pos terdepan ilegal di Lembah al-Makhrour yang indah yang menghubungkan Battir dan kota Beit Jala.
Menurut laporan dari kantor kemanusiaan PBB, para pemukim di al-Makhrour berasal dari pemukiman Neveh Daniel, selatan Betlehem.
Penduduk Battir mengatakan bahwa jika pos terdepan baru tetap ada, itu merupakan ancaman besar bagi lanskap ekologi dan pertanian di wilayah Betlehem selatan.
“Para pemukim ingin menghubungkan dua pos terdepan ini bersama-sama, dan menyita ratusan hektar tanah dalam prosesnya,” ujar Muamer.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa pada Selasa (8/3) malam, para pemukim membuka jalan tanah yang menghubungkan pos terdepan baru dengan jalan beraspal yang ada di al- Lembah Makhrour, untuk memastikan akses mudah antara dua pos terdepan.
“Ini semua adalah bagian dari rencana mereka, untuk memperpendek jarak antara dua pos terdepan, menyita lebih banyak tanah, dan akhirnya menghubungkan pos-pos ini ke permukiman Har Gilo, Gilo, dan Gush Etzion, menciptakan blok permukiman besar yang membentang dari Yerusalem, melalui Betlehem, sampai ke Hebron,” ungkapnya.
(Resa/MEE)