ISLAMTODAY ID – Presiden AS Joe Biden membuat kegaduhan pada hari Senin (21/3) setelah dia mengklaim “tatanan dunia baru” akan segera dibentuk dan terserah Amerika Serikat untuk memimpinnya.
Selama pidato di Pertemuan Kuartalan CEO Business Roundtable, Biden mengklaim dunia berada pada “titik belok” yang “terjadi setiap tiga atau empat generasi” dan terserah AS untuk menentukan hasilnya.
“Seperti yang dikatakan salah satu petinggi militer kepada saya dalam pertemuan keamanan tempo hari, 60 juta orang tewas antara tahun 1900 dan 1946, dan sejak itu kami telah membentuk tatanan dunia liberal dan itu tidak terjadi dalam waktu yang lama, ” ujar presiden, seperti dilansir dari RT, Selasa (22/3).
“Banyak orang meninggal, tetapi tidak ada kekacauan, dan sekarang saatnya segalanya berubah,” lanjutnya.
Akan ada tatanan dunia baru di luar sana, dan kita harus memimpinnya, dan kita harus menyatukan seluruh dunia bebas untuk melakukannya
Komentar tersebut membuat heran baik di AS maupun di seluruh dunia dan mengakibatkan ‘Tata Dunia Baru’ menjadi salah satu topik trending Twitter pada hari Senin (21/3).
Istilah ‘tatanan dunia baru’ secara historis telah digunakan untuk merujuk pada era perubahan global yang besar dan telah digunakan oleh para politisi seperti mantan Presiden AS George HW Bush, mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger, dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair .
Namun, selama beberapa dekade, frasa tersebut juga menjadi subjek teori konspirasi besar yang menuduh plot rahasia dan elitis untuk membentuk pemerintahan global yang menindas.
Politisi dan pejabat pemerintah sebelumnya telah menerima kritik karena menggunakan istilah tersebut – yang terbaru adalah Dr. Kerry Chant, kepala petugas kesehatan negara bagian New South Wales, Australia.
“Kami akan melihat seperti apa pelacakan kontak di tatanan dunia baru,” ungkap Chant saat konferensi pers Covid-19 September, mendorong istilah itu menjadi tren di media sosial.
Wartawan dan pengguna media sosial lainnya mengkritik Chant karena menggunakan istilah tersebut, dengan mantan jurnalis Chris Urquhart menulis bahwa “pejabat pemerintah akan disarankan untuk menghindari frasa seperti ‘tatanan dunia baru’ ketika mereka berbicara di konferensi pers tentang pembatasan besar-besaran pada kebebasan hak asasi manusia. ”
(Resa/RT)