ISLAMTODAY ID- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett kecam Iran karena menyerang negaranya melalui proxy teroris, mengatakan negara Teluk Persia tidak akan lagi bebas dari hukuman karena menggunakan pihak ketiga untuk menyerang musuh-musuhnya.
“Selama beberapa dekade, rezim Iran telah mempraktikkan terorisme terhadap Israel dan kawasan melalui proxy, utusan, tetapi kepala gurita, Iran sendiri, telah menikmati kekebalan,” ungkap Bennett pada hari Ahad (29/5) dalam siaran kepada para menterinya, seperti dilansir dari RT, Ahad (29/5).
“Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, era kekebalan rezim Iran telah berakhir.”
Bennett membuat komentarnya hanya satu minggu setelah pembunuhan seorang kolonel Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) di Teheran.
Kolonel Hassan Sayyad Khodaei, yang telah dituduh merencanakan penculikan dan pembunuhan orang Israel, ditembak mati Minggu lalu saat dia duduk di belakang kemudi mobilnya di luar rumahnya.
Seorang pria bersenjata di bagian belakang sepeda motor melakukan pembunuhan itu.
IRGC dengan cepat menyalahkan pembunuhan itu pada “kesombongan global”, yang tampaknya mengacu pada AS dan Israel.
Kantor berita ISNA Iran kemudian menyalahkan operator jaringan intelijen Israel dan mengatakan mereka telah ditangkap oleh IRGC segera setelah penembakan itu.
Pada hari Rabu, New York Times melaporkan bahwa pemerintah Israel telah memberi tahu para pejabat AS bahwa mereka berada di balik pembunuhan itu.
Penembakan itu dimaksudkan sebagai peringatan kepada Iran untuk menghentikan operasi Pasukan Quds rahasia IRGC, kata Times, mengutip seorang pejabat intelijen AS yang tidak disebutkan namanya yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut.
Khodaei adalah anggota Pasukan Quds elit, yang beroperasi di luar negeri.
Badan intelijen Israel Mossad sebelumnya telah dituduh membunuh ilmuwan nuklir di Iran.
Kantor Bennett belum berkomentar secara resmi tentang penembakan Khodaei.
Perdana menteri mengatakan pada hari Ahad (29/5) bahwa Iran telah berulang kali menargetkan kepentingan Israel, dan dia berjanji untuk meminta pertanggungjawaban rezim Teheran.
“Mereka yang membiayai teroris, mereka yang mempersenjatai teroris, dan mereka yang mengirim teroris akan membayar harga penuh,” sumpahnya.
Presiden Iran Ebrahim Raisi telah berjanji untuk membalas dendam atas pembunuhan Khodaei.
“Saya meminta pejabat keamanan untuk menyelidiki kejahatan ini secara serius, dan saya tidak ragu bahwa balas dendam pada penjahat untuk darah murni martir yang terhormat ini tidak dapat dihindari,” katanya pada hari Senin.
Itu adalah pembunuhan paling terkenal di Teheran sejak pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh pada 2020.
Awal tahun yang sama, komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani dibunuh dalam serangan udara AS di Bandara Baghdad.
(Resa/RT)