ISLAMTODAY ID-Pemimpin Hamas mengklaim bahwa ada pihak-pihak tertentu yang berusaha mencegah pemulihan hubungan antara kelompok Arab Saudi dan Yordania.
Kepala Biro Politik Gerakan Hamas Palestina Ismail Haniyeh mengungkapkan, kelompok politik tersebut tengah berupaya memulihkan hubungannya dengan Kerajaan Arab Saudi dan Yordania.
Dalam sebuah wawancara dengan RT pada 15 September, Haniyeh menyatakan bahwa Hamas telah berupaya memulihkan hubungan dengan Arab Saudi dan Yordania setelah kelompok itu menjalin kembali hubungan diplomatik dengan pemerintah Suriah.
“Hamas berdiri dengan syarat yang sama dengan semua mitra Arab dan internasionalnya dan tidak ikut campur dalam urusan internal negara-negara ini,” ujar Haniyeh, seperti dilansir dari The Cradle, Sabtu (17/9).
Haniyeh menuduh partai politik Fatah dan pengaruh asing lainnya ikut campur dalam proses rekonsiliasi Palestina.
Dia juga menuduh pihak-pihak Barat yang tidak disebutkan namanya berusaha untuk mencegah Hamas mengunjungi Moskow.
Pekan lalu, Haniyeh bertemu dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov selama kunjungan ke Moskow, didampingi oleh delegasi sayap politik Hamas.
Haniyeh menyatakan kepuasan delegasi dengan kunjungannya baru-baru ini ke Rusia, menyatakan bahwa kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan bersama tentang beberapa masalah mengenai wilayah tersebut.
Hamas juga menikmati hubungan yang kuat dengan gerakan Jihad Islam (PIJ), dan Ismail Haniyeh meyakinkan para pendukung organisasi itu bahwa “usaha untuk menabur perselisihan atau perpecahan antara kedua pihak tidak akan berhasil.”
Menurut laporan, hubungan antara Arab Saudi dan Hamas mencapai tingkat terburuk setelah penangkapan pemimpin gerakan, dan mantan perwakilan di Arab Saudi, Muhammad al-Khudari, serta putranya.
Pada Agustus 2021, Pengadilan Kriminal Saudi menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara kepada al-Khudari, di antara 68 warga Yordania dan Palestina. Pengadilan mendakwa al-Khudari karena memberikan dukungan kepada Hamas.
Namun, pada saat itu Hamas membantah laporan tersebut.
Hazem Qassem, juru bicara kelompok Islam, mengatakan bahwa “laporan itu dibuat-buat dan tidak berdasar,” dalam wawancara dengan The New Arab.
(Resa/The Cradle)