ISLAMTODAY ID-Beberapa diplomat Barat menuduh Turki memainkan permainan ganda antara Uni Eropa, NATO dan Rusia.
Di sela-sela sesi ke-77 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik rekannya dari Rusia Vladimir Putin atas operasi militer di Ukraina dan menuntut agar Rusia mengembalikan semua tanah yang diduduki, termasuk Krimea, kepada “pemiliknya yang sah. .”
Presiden membuat komentar selama wawancara dengan PBS NewsHour pada 20 September, hanya beberapa hari setelah difoto berjalan bergandengan tangan dengan Putin di KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Uzbekistan.
Ketika ditanya apakah Rusia harus diizinkan untuk menjaga Krimea dalam negosiasi akhir perang, Erdogan menjawab bahwa orang-orang Krimea sebagian adalah keturunan Turki.
“Jika Anda mengambil langkah maju ini, jika Anda bisa meninggalkan kami, Anda juga akan membebaskan Tatar Krimea dan Ukraina. Itu yang selalu kami sampaikan,” ungkap Presiden, seperti dilansir dari The Cradle, Rabu (21/9).
Erdogan menegaskan kembali bahwa ini adalah sikapnya terhadap Rusia sejak tahun 2014, tetapi Putin tidak melakukan upaya lebih lanjut.
Untuk diketahui, Turki telah mendekati kedua belah pihak dalam konflik, memainkan peran sebagai mediator netral, sambil menjual sekitar 50 drone bersenjata Bayraktar ke Ukraina.
Menurut Erdogan, “invasi tidak dapat dibenarkan.”
Namun, Turki terus memainkan peran penting dalam negosiasi antara Rusia dan Ukraina.
Sejak operasi militer khusus pada bulan Februari, Ankara telah menjadi tuan rumah negosiasi yang sia-sia antara kedua belah pihak dan berhasil memediasi kesepakatan biji-bijian bersama PBB untuk memastikan ekspor biji-bijian Ukraina.
Namun demikian, Erdogan sesuai kata-katanya sendiri ketika berbicara tentang tetangganya.
Sementara itu, Turki adalah salah satu pendukung utama kelompok teroris di Suriah sejak awal perang pada tahun 2011 dan sejak itu telah merebut dan menduduki area seluas 2.225 kilometer persegi.
Setelah operasi militer khusus Rusia di Ukraina, Turki juga menggunakan pengaruhnya sebagai anggota NATO untuk lebih memperluas perangnya melawan separatis Kurdi.
(The Cradle)