ISLAMTODAY ID-Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa Washington hampir terlibat secara terbuka dalam konflik di Ukraina.
Pernyataan tersebut muncul ketika Lavrov menjawab pertanyaan tentang kemungkinan konfrontasi antara kekuatan dunia bersenjata nuklir dalam sebuah wawancara dengan Newsweek yang diterbitkan pada hari Rabu (21/9).
Ketika berada di New York untuk sesi Majelis Umum PBB ke-77, Lavrov menegaskan AS dan sekutunya tidak mencari perdamaian di Ukraina, tetapi menggunakan negara itu untuk menimbulkan kekalahan strategis di Rusia.
“Hari ini, negara-negara Barat menyalurkan senjata dan perangkat keras militer ke rezim neo-Nazi di Kiev, dan melatih angkatan bersenjata Ukraina. Senjata NATO dan AS digunakan untuk menembak ke wilayah Rusia yang berbatasan dengan Ukraina, membunuh warga sipil di sana. Pentagon tidak menyembunyikan bahwa perannya yang menugaskan intelijen Kiev dan penunjukan target untuk serangan. Kami telah merekam kehadiran tentara bayaran dan penasihat Amerika di medan perang,” ujar Lavrov kepada majalah AS, seperti dilansir dari RT, Rabu (21/9).
Pada kenyataannya, Amerika Serikat sedang tertatih-tatih di ambang perubahan menjadi pihak dalam konflik.
Ini untuk pertanyaan Anda tentang risiko tabrakan langsung antara kekuatan nuklir.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Barat pada Rabu (21/9) pagi bahwa Moskow akan “menggunakan segala cara” yang dimilikinya untuk membela Rusia, merujuk pada pernyataan pejabat di negara-negara NATO tentang penggunaan senjata nuklir terhadap pasukan Rusia.
AS dan sekutunya secara terbuka berusaha mengalahkan Rusia di medan perang dan siap mengorbankan Ukraina untuk mencapai tujuan geopolitik mereka, kata Lavrov kepada Newsweek.
Ketika Moskow dan Kiev hampir mencapai kesepakatan pada bulan Maret, pergantian peristiwa ini “jelas membuat Amerika dan Inggris takut, sehingga mereka benar-benar melarang Ukraina untuk melakukan dialog lebih lanjut dengan Rusia,” ujar diplomat Rusia itu.
Ini mungkin merujuk pada wahyu oleh media pro-pemerintah di Kiev bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah membawa pesan semacam itu kepada Presiden Ukraina Vladimir Zelensky.
“Secara obyektif tidak mungkin untuk mempertahankan komunikasi normal dengan Washington” setelah AS menyatakan “kekalahan strategis Rusia” sebagai tujuan kebijakannya,” ungkap Lavrov kepada outlet tersebut.
Barat tidak memiliki pilihan selain melancarkan operasi militer khusus, setelah mereka menciptakan dan memelihara “rezim neo-Nazi Russofobia” di Kiev dan mengirim senjata ke Ukraina untuk mengubahnya menjadi “papan loncatan untuk menahan Rusia”.
Lavrov menegaskan tujuan dari operasi tersebut adalah untuk melindungi penduduk Donbass, menghilangkan ancaman terhadap keamanan Rusia, dan “demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina”.
“Semuanya tetap relevan dan akan tercapai, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.”
(Resa/RT)