ISLAMTODAY ID-Iran telah meluncurkan putaran serangan lain terhadap kelompok Kurdi di Irak utara sehubungan dengan protes anti-pemerintah yang sedang berlangsung di dalam negeri.
Langkah ini karena wilayah Kurdistan tetangga Iran sendiri terus menjadi sarang protes “anti-hijab” yang telah berlangsung selama dua bulan yang dipicu oleh kematian seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun dari Saqqez dalam tahanan polisi.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) elit Iran mengumumkan Senin (21/11) pagi bahwa mereka menyerang tiga area di wilayah Kurdi Irak utara dengan drone dan rudal sehari sebelumnya.
Serangan tersebut menyebabkan “kerusakan parah” di kamp-kamp. Teheran mengatakan bahwa “kelompok teroris”.
Media pernyataan Iran mengatakan bahwa 26 anggota Komala dan Partai Demokrat Kurdistan Iran tewas sebagai akibatnya.
Iran pertama kali melakukan serangan lintas batas serupa pada bulan September, yang dikatakan telah membunuh seorang warga negara Amerika yang berkewarganegaraan ganda.
Ada lebih banyak serangan Iran yang dilaporkan minggu lalu.
IRGC mengklaim bahwa kelompok yang menjadi sasaran berada di balik operasi penyelundupan senjata, serta tindakan sabotase di dalam Iran, yang bertujuan untuk mengacaukan negara.
Seperti serangan lintas batas besar terakhir, Komando Pusat AS mengutuk agresi militer Iran yang baru.
“Serangan itu melanggar kedaulatan Irak dan membahayakan keamanan dan stabilitas yang diperjuangkan dengan keras di Irak dan Timur Tengah,” ujar Komando Pusat AS seperti dilansir dari ZeroHedge, Selasa (22/11).
Sementara itu, Teheran telah menuntut agar Baghdad mengambil tindakan nyata untuk melucuti senjata kelompok milisi Kurdi yang dilarang sambil membuka kemungkinan lebih banyak serangan lintas batas.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran hari Senin (21/11) mengatakan militernya tidak punya pilihan bertindak untuk “melindungi perbatasan dan keamanan warganya berdasarkan hak-hak hukumnya.”
(Resa/ZeroHedge)