ISLAMTODAY ID-Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune pada tanggal 22 Desember beberkan rencana pemerintahnya untuk pembangunan ekonomi selama 12 bulan ke depan.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Aljazair akan meningkatkan investasi, pembangunan manusia, dan beralih ke struktur ekspor yang lebih maju yang tidak terlalu mengandalkan hidrokarbon untuk memenuhi syarat menjadi anggota grup BRICS ekonomi negara berkembang.
“Ketika PDB Aljazair melebihi $200 miliar atau Rp 3.118 triliun per 24 Desember, maka dapat dikatakan bahwa Aljazair hampir bergabung dengan BRICS,” ungkap Tebboune kepada wartawan, seperti dilansir dari The Cradle, Jumat (23/12)
Negara Afrika Utara tersebut mengajukan permohonan untuk bergabung dengan grup yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan pada bulan November.
Langkah itu terjadi beberapa bulan setelah Iran dan Argentina melakukan hal yang sama.
Bahkan, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov memuji langkah tersebut.
Sementara itu, BRICS dibentuk pada tahun 2009 untuk meningkatkan kerja sama antar negara dan menguraikan pendekatan bersama untuk menghadapi tantangan ekonomi global.
Anggota BRICS mencapai hampir 30 persen dari output bruto global dan sekitar 40 persen dari populasi global.
Negara lain yang tertarik untuk menjadi bagian dari klub termasuk Arab Saudi, Turkiye dan Mesir.
Tahun lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa proses perluasan BRICS akan menunjukkan keterbukaan dan inklusivitas blok tersebut, memenuhi harapan negara-negara berkembang, meningkatkan representasi dan suara mereka dalam tata kelola global, serta berkontribusi lebih besar bagi perdamaian dan pembangunan internasional.
Untuk diketahui, Aljazair adalah produsen utama gas alam dan pengekspor bahan bakar terbesar di wilayah tersebut.
Dalam pidatonya pada hari Kamis (22/12), presiden Aljazair mengatakan negaranya sedang mendorong untuk menggandakan ekspor gas alamnya hingga mencapai 100 miliar meter kubik per tahun.
Tebboune juga menawarkan untuk mengirimkan kapasitas listrik cadangan Aljazair ke UE dan mengatakan bahwa negara tersebut sedang merencanakan pipa bawah laut sepanjang 270 km menuju Italia.
Saat ini, Uni Eropa mengincar gas Aljazair sebagai alternatif yang lebih murah untuk sumber energi Rusia karena wilayah tersebut menghadapi krisis energi besar.
Negara Afrika Utara baru-baru ini menandatangani rencana implementasi dengan Beijing untuk bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI) yang ambisius dan juga menggandakan anggaran pertahanannya untuk tahun depan, menjadikannya yang terbesar di Afrika.
(Resa/The Cradle)