ISLAMTODAY ID-Parlemen Oman memberikan suara pada rancangan amandemen pada 27 Desember untuk memperluas undang-undang yang melarang hubungan dan kontak dengan Israel.
Langkah ini terjadi 2 tahun setelah perjanjian normalisasi yang ditengahi AS antara Tel Aviv dan 4 negara Arab.
Sekitar 86 anggota Majelis Permusyawaratan memutuskan untuk memperluas bagian pertama dari undang-undang boikot anti-Israel untuk mencakup segala urusan bisnis dengan tokoh swasta dan publik di bidang olahraga, budaya, dan seni.
“Wakil Presiden Majelis Yaaqoub al-Harethi menjelaskan bahwa amandemen itu akan memperluas kriminalisasi dan memperpanjang boikot Israel,” menurut kantor berita WAF, seperti dilansir dari The Cradle, Rabu (28/12).
Undang-undang Oman sudah melarang orang berkomunikasi dengan siapa pun yang berkantor pusat di Israel dengan alasan apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui pihak ketiga.
Muscat secara resmi menjunjung posisi Liga Arab bahwa mendirikan negara Palestina merdeka diperlukan untuk hubungan diplomatik dengan pemerintah Israel.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Oman Sayyid Badr al-Busaidi bulan lalu untuk membahas potensi pembukaan wilayah udara Oman untuk maskapai Israel, menurut The New Arab.
Pejabat AS dan Israel berharap bahwa kemajuan yang dicapai selama pembicaraan pada bulan November akan membuka jalan bagi Oman untuk membuka wilayah udaranya bagi maskapai penerbangan Israel.
Pada bulan Juli, Arab Saudi mengizinkan maskapai penerbangan Israel menggunakan wilayah udaranya untuk penerbangan menuju timur ke India dan China.
Ini adalah langkah penting menuju normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel dan salah satu pencapaian perjalanan Presiden Biden ke kerajaan tersebut, lapor Axios.
Namun, tanpa izin dari Oman, rute penerbangan maskapai Israel diblokir, dan keputusan Saudi menjadi tidak berarti.
Pada tahun 2018, Perdana Menteri Israel saat itu Benjamin Netanyahu mengunjungi Oman dan memperoleh komitmen dari Sultan Qaboos untuk mengizinkan maskapai penerbangan Israel menggunakan wilayah udara Oman.
Namun, setelah kematian Qaboos, Sultan saat ini, Haitham bin Tariq, mundur dari keputusan tersebut.
(Resa/The Cradle)