ISLAMTODAY ID-Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan untuk pertama kalinya pada hari Ahad (29/1/2023) bahwa Ankara dapat menerima Finlandia ke dalam NATO tanpa tetangga Nordiknya Swedia.
Komentar Erdogan selama pertemuan televisi dengan pemilih yang lebih muda datang beberapa hari setelah Ankara menangguhkan pembicaraan aksesi NATO dengan kedua negara.
Keputusannya mengancam harapan NATO untuk memperluas blok itu menjadi 32 negara pada pertemuan puncak yang direncanakan pada Juli di ibu kota Lituania, Vilnius.
Finlandia dan Swedia membatalkan non-blok militer selama beberapa dekade dan mendaftar untuk bergabung dengan aliansi pertahanan pimpinan AS sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Turki dan Hongaria tetap menjadi satu-satunya anggota dari 30 negara aliansi pertahanan barat yang gagal meratifikasi tawaran keanggotaan oleh Swedia dan Finlandia.
Parlemen Hongaria diperkirakan akan menyetujui kedua tawaran tersebut pada bulan Februari.
Tetapi Erdogan telah berusaha keras menjelang pemilihan presiden 14 Mei yang diperebutkan dengan ketat di mana dia mencoba untuk memperkuat basis dukungan konservatif dan nasionalisnya.
Keluhan utama Erdogan adalah penolakan Swedia untuk mengekstradisi puluhan tersangka yang terkait dengan Ankara dengan militan Kurdi yang dilarang dan upaya kudeta 2016 yang gagal.
Dia memberi isyarat pada hari Ahad (29/1/2023) bahwa dia bersedia menerima Finlandia ke dalam blok pertahanan yang dipimpin AS sendiri.
“Jika perlu, kami dapat memberikan tanggapan yang berbeda mengenai Finlandia. Swedia akan terkejut ketika kami memberikan tanggapan yang berbeda untuk Finlandia,” ungkap Erdogan dalam sambutan yang disiarkan televisi, seperti dilansir dari MEE, Ahad (29/1/2023).
Dia mengulangi permintaannya agar Swedia menyerahkan tersangka yang dicari oleh Ankara.
“Jika Anda benar-benar ingin bergabung dengan NATO, Anda akan mengembalikan para teroris ini kepada kami,” ungkap Erdogan.
“Anda akan mengirimkan para teroris ini kepada kami sehingga Anda dapat bergabung dengan NATO.”
Pembakaran Al Quran
Pekan lalu, menteri luar negeri Finlandia menyatakan bahwa Turki kemungkinan besar akan menunda meratifikasi keanggotaan Swedia dan Finlandia di NATO sampai setelah pemilihan presiden Turki.
Pekka Haavisto mengatakan selama konferensi pers bahwa dia percaya diperlukan jeda dalam pembicaraan antara kedua negara Nordik dan Turki menyusul kemarahan atas pembakaran Alquran oleh seorang aktivis sayap kanan di luar kedutaan Turki di Stockholm awal bulan ini.
Dia menambahkan bahwa keputusan Ankara tentang masalah ini tidak mungkin terjadi sebelum pemilihan.
Erdogan pada 23 Januari mengatakan Swedia seharusnya tidak mengharapkan dukungan negaranya untuk keanggotaan NATO setelah insiden tersebut.
“Mereka yang mengizinkan penistaan agama seperti itu di depan kedutaan kami tidak dapat lagi mengharapkan dukungan kami untuk keanggotaan NATO mereka,” ungkap Erdogan dalam pidatonya setelah rapat kabinet.
“Jika Anda sangat mencintai anggota organisasi teroris dan musuh Islam dan melindungi mereka, maka kami menyarankan Anda untuk meminta dukungan mereka demi keamanan negara Anda.”
Swedia dan Finlandia melamar tahun lalu untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina, tetapi semua 30 negara anggota harus menyetujui tawaran mereka.
Kedua negara juga menandatangani nota trilateral di mana mereka berjanji untuk meredakan kekhawatiran Ankara terkait kelompok yang dianggap teroris yang berbasis di kedua negara.
Perubahan tersebut akan memungkinkan pemerintah Swedia menindak perekrutan, pembiayaan, dan kegiatan kelompok seperti Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah berjuang selama puluhan tahun melawan negara Turki dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, UE, dan Turki.
Swedia memiliki diaspora Kurdi yang lebih besar daripada Finlandia dan perselisihan yang lebih serius dengan Ankara.
Kedua negara telah berusaha untuk mematahkan perlawanan Erdogan melalui pembicaraan yang rumit selama berbulan-bulan.
Swedia telah menyetujui amandemen konstitusi yang memungkinkannya memberlakukan undang-undang anti-teror yang lebih keras seperti yang diminta oleh Ankara.
Dan kedua negara telah mencabut larangan penjualan militer ke Turki yang mereka terapkan setelah serangan militernya ke Suriah tahun 2019.
(Resa/MEE)
Komentar Erdogan muncul beberapa hari setelah Ankara menangguhkan pembicaraan aksesi NATO dengan kedua negara