ISLAMTODAY ID-Militer China mengumumkan peluncuran latihan tiga hari di Selat Taiwan pada hari Sabtu (8/4/2023).
Permainan perang datang hanya sehari setelah pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen kembali dari AS, di mana dia bertemu dengan Ketua DPR Kevin McCarthy dan anggota parlemen lainnya.
“Latihan tersebut yang dijuluki United Sharp Sword, adalah peringatan serius bagi pasukan separatis kemerdekaan Taiwan dan kolusi dan provokasi pasukan eksternal,” ungkap Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), seperti dilansir dari RT, Sabtu (8/4/2023).
Pada hari pertama, pasukan Tiongkok melatih pengepungan Taiwan dengan menguasai laut, udara, dan komunikasi, lapor penyiar CCTV.
Situasi yang menegangkan tercipta, di mana pulau itu dikepung dari semua sisi, tambah pernyataan itu.
Surat kabar Global Times mengidentifikasi beberapa perangkat keras yang terlibat setelah melihat rekaman latihan tersebut.
Itu termasuk peluncur roket ganda PHL-191, kapal perusak Tipe 052C, kapal rudal Tipe 22, rudal anti-kapal darat YJ-12B, jet tempur J-10C, pesawat peringatan dini KJ-500, pesawat tanker YU-20 , dan rudal balistik konvensional DF-11.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan telah mendeteksi 42 pesawat China dan delapan kapal di sekitar pulau itu pada hari Sabtu.
Menurut kementerian, 29 dari jet tersebut melintasi garis median, perbatasan tidak resmi antara Taiwan dan China daratan, karena mereka “mencoba paksaan”.
“Beijing telah menggunakan perjalanan Tsai ke AS sebagai alasan untuk melakukan latihan militer, yang telah merusak perdamaian, stabilitas, dan keamanan kawasan secara serius”, klaim pihak Taipei.
Pembicaraan dengan McCarthy di California pada hari Rabu (5/4/2023) adalah pertemuan kedua presiden Taiwan dengan ketua DPR AS dalam waktu kurang dari setahun.
Kunjungan Nancy Pelosi ke Taipei Agustus lalu menyebabkan lonjakan besar dalam ketegangan antara Beijing dan Washington, dan membuat China menggelar latihan militer terbesarnya di Selat Taiwan.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Pulau yang memiliki pemerintahan sendiri sejak 1949 itu tidak pernah secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan dari Beijing.
Beijing dengan keras menentang kontak Taipei dengan Washington. Secara resmi, AS berkomitmen pada kebijakan Satu China, yang mematuhi posisi Beijing bahwa Taiwan adalah bagian integral dari wilayah China.
Namun, Washington juga telah menjual senjata dan perlengkapan militer ke pulau tersebut, dan berjanji akan mempertahankan Taiwan secara militer jika terjadi serangan dari daratan.
Kementerian Luar Negeri China memperingatkan pada hari Rabu (5/4/2023) bahwa masalah Taiwan adalah “garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS.”
(Resa/RT)