ISLAMTODAY ID-Bangladesh berada di garis depan krisis iklim dengan seringnya banjir mematikan dan hujan yang semakin tidak menentu.
Ratusan Muslim Bangladesh berkumpul di lapangan terbuka di Dhaka untuk berdoa memohon hujan setelah kota berpenduduk 20 juta orang itu mencatat hari terpanas dalam hampir 60 tahun.
Polisi mengatakan lebih dari 500 jemaah berkumpul pada hari Senin di lapangan bermain Aftabnagar, tempat ulama TV populer Syeikh Ahmadullah memimpin salat.
“Mereka berdoa meminta hujan. Mereka juga berdoa untuk meredakan suhu dan perlindungan dari gelombang panas,” ungkap kepala polisi setempat Abul Kalam Azad kepada kantor berita AFP, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (17/4/2023).
Garis Depan Krisis Iklim
Negara miskin di dataran rendah Asia Selatan berpenduduk 170 juta orang ini berada di garis depan krisis iklim dengan seringnya banjir mematikan dan hujan yang semakin tidak menentu.
Hujan yang biasanya turun pada April dan Mei gagal terjadi tahun ini dan negara itu dilanda cuaca panas yang tidak biasa sejak 4 April, kata Afroza Sultana dari Departemen Meteorologi kepada AFP.
“Pada hari Ahad (16/4/2023) suhu di Dhaka melonjak hingga 40,6 derajat Celcius (105,1 Fahrenheit), tertinggi sejak 30 April 1965, ketika suhu mencapai 42 derajat Celcius,” ungkapnya.
Sultana mengatakan suhu secara bertahap akan menurun dalam beberapa hari mendatang dan hujan diperkirakan akan turun pada bulan April, tepat sebelum negara itu merayakan festival terbesarnya, Idul Fitri.
(Resa/TRTWorld)