ISLAMTODAY ID-Rusia dan Kesultanan Oman menandatangani perjanjian untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan fokus khusus untuk menghindari pajak berganda. Langkah ini dilatarbelakangi sanksi Barat yang agresif dan kerja sama Arab-Moskow.
“Perjanjian tersebut bertujuan untuk melindungi secara hukum investor dari pengenaan pajak ganda dan mengatur pengenaan pajak antara kedua negara sahabat, yang akan berkontribusi untuk meningkatkan investasi dan pertukaran perdagangan di antara mereka,” ungkap Kantor Berita Oman (ONA).
Perjanjian tersebut ditandatangani di hadapan kepala Otoritas Pajak Oman, Saud bin Nasser al-Shukaili, dan Wakil Menteri Keuangan Rusia, Alexei Sazanov.
“Pada tahun 2022, volume perdagangan timbal balik antar negara kita sudah menunjukkan pertumbuhan sebesar 46 persen. Penting untuk lebih meningkatkan perputaran perdagangan dan memperkuat kerja sama ekonomi,” ungkap menteri Rusia, seperti dilansir dari The Cradle, Kamis (8/6/2023).
Baru-baru ini, Rusia mengusulkan penarikan dari perjanjian pajak berganda dengan sejumlah negara yang memberlakukan sanksi terhadap Moskow setelah dimulainya perang Ukraina.
Perjanjian pajak berganda bertujuan untuk mencegah penghasilan dikenakan pajak di lebih dari satu negara bagian. Rusia memiliki perjanjian perpajakan ganda dengan AS, Inggris, Jerman, Prancis, dan banyak lainnya.
“Perjanjian dengan Oman menetapkan pemotongan pajak umum sebesar 15 persen atas pendapatan dividen dan pengurangan tarif sebesar 10 persen untuk perusahaan yang memegang setidaknya 20 persen saham dalam pembayar dividen,” ujar Kementerian Keuangan Rusia.
“Tarif pajak atas pendapatan bunga dan royalti saat ini mencapai 10 persen. Perusahaan milik negara dan bentuk lain dari investasi publik akan dibebaskan dari pemotongan pajak atas dividen dan pendapatan bunga,” tambah Kementerian Keuangan Rusia.
Dilaporkan bahwa perjanjian tersebut akan diratifikasi pada awal tahun 2024.
(Resa/The Cradle)