(IslamToday ID) – China dan Kuba sedang melakukan negosiasi lanjutan untuk mendirikan fasilitas pelatihan militer bersama di pantai utara Kuba.
Langkah ini meningkatkan kekhawatiran AS tentang potensi pasukan China dan operasi keamanan lainnya yang hanya 100 mil di lepas pantai Florida.
Lebih lanjut, pemerintahan Biden dilaporkan telah menghubungi pejabat Kuba dalam upaya untuk mencegah kesepakatan itu tercapai dengan alasan kekhawatiran tentang kedaulatan Kuba.
Rencana fasilitas pelatihan militer di Kuba adalah bagian dari “Proyek 141” China, sebuah inisiatif oleh Tentara Pembebasan Rakyat untuk memperluas pangkalan militer global dan jaringan dukungan logistiknya.
Dilansir dari Bezinga, Selasa (20/6/2023), China dan Kuba telah bersama-sama mengoperasikan 4 stasiun penyadapan di pulau itu yang mengalami peningkatan signifikan sekitar tahun 2019.
Fasilitas baru tersebut dapat memberi China platform untuk menampung pasukan secara permanen di pulau itu dan memperluas pengumpulan intelijennya, termasuk penyadapan elektronik, terhadap Amerika Serikat.
Kekhawatiran AS
Fasilitas yang diusulkan telah memicu kekhawatiran di AS karena dekat dengan daratan dan menimbulkan potensi ancaman oleh pangkalan China.
Seorang pejabat administrasi Biden mengungkapkan bahwa China telah mempertahankan pangkalan mata-mata di Kuba setidaknya sejak 2019 sebagai bagian dari inisiatifnya di seluruh dunia untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan intelijen.
AS telah melacak kunjungan yang direncanakan ke Beijing oleh seorang pejabat pertahanan senior Kuba, yang ditafsirkan pejabat AS sebagai mewakili langkah selanjutnya dalam negosiasi atas fasilitas pelatihan.
Pemerintahan Biden telah menyatakan keprihatinannya tentang fasilitas yang direncanakan itu kepada pejabat Kuba di Washington.
Sementara itu, ketegangan AS-Tiongkok telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena masalah-masalah termasuk balon mata-mata Tiongkok yang terbang di atas AS dan pertemuan jarak dekat antara militer negara di udara dan di laut.
Beberapa pejabat intelijen mengatakan bahwa Beijing melihat tindakannya di Kuba sebagai respons geografis terhadap hubungan AS dengan Taiwan, seperti yang disoroti dalam laporan sebelumnya.
Terlepas dari kekhawatiran tersebut, beberapa pejabat AS memperingatkan bahwa parameter rencana China di Kuba tidak sepenuhnya diketahui, dan kedua negara mungkin akan bergerak dengan hati-hati untuk memperluas hubungan keamanan.
Pejabat itu juga mengatakan bahwa Kuba memiliki alasan untuk berhati-hati menghindari provokasi kepada AS pada saat ekonominya buruk. [res]