(IslamToday ID) – Arab Saudi belum izinkan perwakilan Israel memasuki kerajaan untuk pertemuan September Komite Warisan Dunia UNESCO di Riyadh.
Pernyataan tersebut datang dari pejabat Israel dan diplomat Barat yang dilaporkan kepada Media Axios pada 30 Juni.
Jika Arab Saudi mengizinkan, maka akan menjadi pertama kalinya pejabat dari Israel diizinkan memasuki kerajaan secara resmi dan terbuka.
Lebih lanjut, negosiasi tentang masalah ini sedang berlangsung.
UNESCO juga mengatakan kemungkinan pemindahan lokasi dapat dilakukan dalam beberapa hari jika akses gratis untuk memasuki kerajaan tidak diberikan kepada semua delegasi.
“Arab Saudi tampaknya mengambil pendekatan hati-hati terhadap setiap langkah publik yang dapat dilihat sebagai normalisasi dengan Israel,” laporan media Axios, seperti dilansir dari The Cradle, Jumat (30/6/2023).
Untuk diketahui, pejabat AS dan Israel secara terbuka melobi Arab Saudi untuk bergabung dengan Abraham Accords, yang membuat beberapa negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel mulai tahun 2020.
Sekitar 25 persen penjualan senjata Israel sekarang masuk ke negara-negara Arab yang telah bergabung dalam perjanjian tersebut, terutama UEA.
Namun, Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MbS) menolak menandatangani perjanjian tersebut.
Dia mengklaim bahwa Israel harus terlebih dahulu menerapkan inisiatif Perdamaian Saudi 2002 untuk mengakhiri pendudukan Tepi Barat dan memungkinkan pembentukan negara Palestina.
Lebih lanjut, awal bulan ini, AP melaporkan bahwa dua kelompok lingkungan, EcoPeace dan Masyarakat untuk Perlindungan Alam, mengajukan petisi kepada otoritas Israel untuk menghentikan rencana memperluas pemukiman Yahudi Har Gilo.
Petisi tersebut ada dengan alasan potensi dampaknya pada taman teras yang subur yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2014.
Ahli hidrologi yang berkerja untuk EcoPeace Nadav Tal menjelaskan lebih detail dampaknya.
“Jika Anda membangun di atas bebatuan ini, Anda dapat menghalangi air mencapai mata air, sehingga memasok air ke teras bersejarah,” ungkapnya.
Selain itu, Rashid Owinah penduduk Battir yang keluarganya telah bertani menggunakan teras selama beberapa generasi menjelaskan bahwa banyak tanah yang akan digusur.
Untuk diketahui, warga Palestina yang tinggal di bawah pendudukan Israel menderita kekurangan pasokan air yang kronis.
Hal ini karena negara Israel telah mengambil alih banyak sumber air Tepi Barat, membatasi akses warga Palestina dan mengalihkan air untuk digunakan oleh pemukim ilegal Yahudi.[res]