(IslamToday ID)—Militer Israel dilaporkan telah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat penentuan target serangan udara dan menangani perencanaan logistik untuk serangan berikutnya di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah Palestina yang diduduki.
“Sistem penargetan berbasis AI dapat dengan cepat memproses banyak data untuk memprioritaskan dan menetapkan ribuan target baik untuk pesawat yang dipiloti maupun drone,” ungkap pejabat militer Israel dari Bloomberg.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga menggunakan program AI lain, yang disebut Fire Factory.
Fire Factory memiliki fungsi yang dapat mengatur logistik masa perang, seperti menghitung muatan amunisi dan mengusulkan jadwal untuk setiap serangan.
Pengungkapan itu muncul setelah Yerusalem Barat meningkatkan serangan udara di Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa pekan terakhir, melakukan apa yang disebutnya “operasi kontraterorisme terfokus.”
Sedikitnya 15 orang tewas dalam serangan udara 8 Mei di wilayah pesisir Palestina di Gaza.
IDF juga terus menyerang sasaran di Suriah, meningkatkan ketegangan dengan musuh bebuyutan Iran.
“Sistem AI yang digunakan oleh IDF mengandalkan operator manusia untuk memverifikasi dan menyetujui setiap rencana serangan udara dan serangan,” ungkap Bloomberg, seperti dilansir dari RT, Ahad (16/7/2023).
Seorang kolonel IDF mengatakan apa yang biasanya memakan waktu berjam-jam sekarang hanya membutuhkan beberapa menit, dengan beberapa menit lagi untuk verifikasi manusia.
“Dengan jumlah orang yang sama, kami akan melakukan lebih banyak lagi,” ungkap kolonel IDF.
Di sisi lain, para ahli telah mengemukakan kekhawatiran tentang konsekuensi potensial dari kesalahan perhitungan AI, serta kemungkinan manusia pada akhirnya akan dikeluarkan dari proses pengambilan keputusan seiring perkembangan teknologi.
“Jika ada kesalahan dalam perhitungan AI, dan jika AI tidak bisa dijelaskan, siapa yang kita salahkan atas kesalahan ini?” ungkap Tal Mimran, seorang profesor hukum dan mantan penasihat militer di Universitas Ibrani Yerusalem.
“Kamu bisa menghancurkan seluruh keluarga… karena kesalahan.”
Sementara itu, IDF menyebut konflik Mei 2021 di Gaza sebagai “perang AI” pertama di dunia, berdasarkan penggunaan teknologinya untuk mempercepat analisis intelijen terhadap militan di wilayah tersebut.
Pekan lalu, kontraktor pertahanan Israel Elbit Systems mendemonstrasikan sistem operasi Legion-X “yang digerakkan oleh AI” untuk kawanan drone otonom.(res)