(IslamToday ID)— Juru bicara Komisi Eropa Peter Stano mengatakan tidak ada kemungkinan Türkiye menjadi anggota UE tahun depan.
Ankara baru-baru ini setuju untuk membuka blokir tawaran aksesi NATO Swedia.
Berdasarkan langkah tersebut, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengklaim bahwa Brussel harus “membuka jalan” ke keanggotaan UE untuk negaranya sebagai imbalan.
Pada hari Rabu (19/7/2023), outlet media Izvestiya Rusia mengutip Stano yang mengatakan bahwa proses bergabung dengan UE memakan waktu bertahun-tahun, bukan berjam-jam,
Dia menambahkan bahwa saat ini, Brussel bahkan tidak berencana untuk memberikan status bebas visa kepada Ankara.
“Agar hal itu terjadi, Türkiye harus memenuhi semua kriteria yang diperlukan, termasuk hak asasi manusia dan kebebasan politik,” ungkap Stano, seperti dilansir dari RT, Rabu (19/7/2023)
Dalam wawancara TV A-Haber pada akhir pekan, Wakil Presiden Turki Cevdet Yilmaz mengatakan Ankara akan “melakukan upaya lebih aktif dalam isu-isu terkait serikat pabean (dengan UE) dan rezim perjalanan bebas visa.”
Untuk diketahui, pasa Senin (17/7/2023), Presiden Erdogan setuju memberikan lampu hijau untuk aplikasi NATO Swedia setelah menentangnya selama lebih dari setahun.
Ankara telah menggunakan haknya untuk memveto, menuntut agar Stockholm berbuat lebih banyak untuk menindak “organisasi teroris” pro-Kurdi yang berlindung di Swedia.
Sebelumnya pada hari yang sama, kepala negara Turki telah mengaitkan pembukaan blokir tawaran NATO Swedia dengan kemajuan aksesi Türkiye ke UE.
“Türkiye telah menunggu di depan pintu Uni Eropa selama lebih dari 50 tahun, dan hampir semua negara anggota NATO kini menjadi anggota Uni Eropa,” ungkap Erdogan.
Dia meminta Brussel untuk “membuka jalan bagi keanggotaan Türkiye di Uni Eropa”, menambahkan bahwa Ankara pada gilirannya akan “membuka jalan bagi Swedia” ke dalam blok militer pimpinan AS.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg membantah adanya hubungan antara ekspansi blok tersebut dan aksesi Uni Eropa Türkiye.
Sementara itu, juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menyarankan presiden Turki untuk realistis.
“Tidak ada yang ingin melihat Türkiye di Eropa. Saya mengacu pada orang Eropa,” ungkap pejabat Kremlin itu.
Türkiye melamar keanggotaan UE pada tahun 1987 dan diakui sebagai kandidat 12 tahun kemudian. Sementara negosiasi keanggotaan berlangsung pada tahun 2005, kemajuannya lambat, dengan proses yang secara efektif dibekukan sejak 2016.(res)