(IslamToday ID)—AS meninjau rencana dana kekayaan kedaulatan Abu Dhabi untuk mengambil alih Fortress Investment Group yang berbasis di New York, atas masalah keamanan nasional yang berasal dari hubungan UEA dengan China.
Mubadala sebuah perusahaan induk yang berfungsi sebagai dana kekayaan negara mengatakan setuju pada bulan Mei untuk membeli posisi mayoritas di perusahaan AS senilai $46 miliar dari SoftBank Group Jepang.
Dana Emirat berharap menutup kesepakatan pada tahun 2024, sebuah langkah yang akan memberinya 70 persen saham di ekuitas Fortress.
Menurut Financial Times, tinjauan Komite Penanaman Modal Asing di Amerika Serikat (Cfius) tentang kesepakatan itu masih dalam “tahap awal” dan keputusan tidak diharapkan untuk beberapa bulan.
Tapi ini adalah kasus terbaru dari hubungan UEA dengan China yang terbukti mengganggu hubungannya dengan Washington.
Melansir dari MEE, Selasa (25/7/2023), pembicaraan Abu Dhabi dengan Washington untuk memperoleh jet tempur F-35 gagal karena kekhawatiran Beijing akan mendapatkan akses ke teknologi AS yang sensitif.
Pada bulan April, dokumen intelijen AS yang bocor menunjukkan bahwa China juga telah melanjutkan pembangunan di fasilitas militer yang dicurigai di Pelabuhan Khalifa di UEA.
Lebih lanjut, pembangunan tersebut telah dijanjikan oleh Abu Dhabi untuk dihentikan saat menghadapi tentangan dari AS.
Washington menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan China di kawasan Teluk. Beijing telah muncul sebagai pembeli terbesar minyak negara-negara Teluk dan telah menjual teknologi sensitif ke Arab Saudi, Qatar, dan UEA.
Tahun lalu, Huawei China memenangkan kontrak untuk meluncurkan teknologi 5G di Emirates.
Baik Arab Saudi dan UEA telah menunjukkan lebih banyak kemauan untuk mengejar kebijakan luar negeri yang lebih independen dari Washington, di tengah kekhawatiran tentang komitmen AS terhadap keamanan mereka.
Pada bulan Mei, UEA keluar dari pasukan keamanan multinasional pimpinan AS yang melindungi pengiriman di Teluk.
Penarikan itu terjadi menyusul artikel Wall Street Journal yang mengatakan bahwa pejabat Emirat telah mengeluh kepada Washington atas tanggapannya yang lemah terhadap penyitaan dua kapal tanker minyak oleh Iran di Teluk Oman.
Sementara para analis mengatakan UEA memandang Iran sebagai ancaman besar, UEA baru-baru ini bergerak untuk memperbaiki hubungan dengan Republik Islam, mengangkat kembali seorang duta besar tahun ini.
Arab Saudi mengikuti segera setelah kesepakatan yang ditengahi oleh China.
Bisnis dan keamanan terkait erat di UEA, kumpulan tujuh monarki kecil, atau emirat, yang dipimpin oleh emirat Abu Dhabi.
Penasihat keamanan nasional UEA yang kuat, Sheikh Tahnoun bin Zayed al-Nahyan, yang dikenal dengan kacamata hitam penerbang khasnya, mengepalai Otoritas Investasi Abu Dhabi, sebuah dana kekayaan negara senilai $790 miliar.(res)