(IslamToday ID)—Presiden Republik Kyrgyzstan Sadyr Japarov menolak sindiran seorang senator AS soal negaranya yang terlibat dalam “kemunduran demokrasi” dan membantu Moskow menghindari embargo Barat.
“Saya melihat ini sebagai alasan untuk menekan Kyrgyzstan dan mengubah kami ke pihak mereka,” ungkap Japarov kepada kantor berita Kyrgyzstan, Kabar, Rabu.
“Tapi kami tidak akan membiarkan ini. Kami adalah negara merdeka. Kami akan terus memiliki hubungan yang setara dengan semua negara. Kami akan mengejar kebijakan luar negeri multi-vektor.”
Untuk diketahui, Senator Bob Menendez, Demokrat New Jersey yang mengepalai Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, mengirim surat kepada Japarov pada hari Selasa (8/8/2023).
Dalam surat tersebut, dia mengklaim ada “tuduhan serius” bahwa Kyrgyzstan membantu Rusia menghindari “sanksi internasional” yang dijatuhkan atas ” invasi” ke Ukraina, dan mendesak Bishkek untuk “segera menyelidiki.”
Menendez menuduh Kyrgyzstan tidak menegakkan atau memfasilitasi perdagangan “drone, suku cadang pesawat, aksesori senjata, dan sirkuit”.
Lebih lanjut, Menendez mengatakan bahwa ini “hanyalah gejala kemunduran demokrasi yang terus berlanjut dan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas.”
Senator bersikeras bahwa AS tetap teguh dalam dukungan kami untuk menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan negara-negara seperti Republik Kyrgyzstan dari ancaman Rusia.
Selain itu, senator juga mengatakan sanksi anti-Rusia dapat membahayakan keamanan dan kepentingan ekonomi rakyat Kyrgyzstan.
Sementara itu, dalam menanggapi surat senator AS, Presiden Japarov mengatakan Kyrgyzstan netral dalam konflik di Ukraina.
“Apakah kita mengubah posisi kita atau tidak, situasinya tidak akan berubah ke arah mana pun,” ungkapnya, seperti dilansir dari RT, Rabu (9/8/2023)
Mengenai dugaan penghindaran sanksi, Japarov mengatakan bahwa Kyrgyzstan telah melarang ekspor drone, tetapi Rusia tidak membutuhkan negaranya untuk mendapatkan drone dari China atau di mana pun.
“Negara-negara ini bertetangga, mereka memiliki perbatasan bersama sepanjang 4.000 kilometer. Jika Rusia mau, itu bisa membawa kargo apa pun melalui kereta api atau laut,” ungkap presiden Kyrgyzstan itu.
Sementara Kyrgyzstan belum secara resmi bergabung dengan sanksi oleh AS dan sekutunya terhadap Rusia, Kyrgyzstan telah meningkatkan kontrol ekspor setelah pejabat AS, UE, dan Inggris mengunjungi Bishkek pada bulan Maret untuk mengancam hukuman atas “ketidakpatuhan”.
Pada awal Juni, 30 orang ditangkap menyusul percobaan kudeta terhadap Japarov. (res)