(IslamToday ID)—Azerbaijan mengungkapkan bahwa usaha untuk mencapai perdamaian dengan Armenia seolah-olah dihadang oleh kebijakan Yerevan yang sengaja menciptakan “ketegangan dan semangat balas dendam”.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Azerbaijan, dikemukakan bahwa Armenia terus memanfaatkan Dewan Keamanan PBB sebagai alat untuk kampanye manipulasi politik, militer, dan informasi yang mereka lakukan.
“Tindakan Armenia dalam meminta Dewan Keamanan PBB untuk membahas tuduhan yang tidak berdasar mengenai ‘situasi kemanusiaan yang memburuk’ dan ‘blokade yang berlanjut’ di wilayah tersebut, seolah-olah menjadi ironi ketika di saat yang sama Armenia sendiri dengan sengaja menghalangi semua usaha yang telah dilakukan melalui mitra internasional untuk menemukan solusi yang adil, berdasarkan hukum, dan masuk akal dalam situasi tersebut,” ungkap Kemenlu Azerbaijan, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (14/8/2023).
Sejak tahun 1991, hubungan antara kedua negara bekas Uni Soviet ini sudah tegang akibat pendudukan militer Armenia di Karabakh.
Untuk diketahui, Karabakh merupakan wilayah yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan bersama tujuh wilayah terdekatnya.
Meskipun pada musim gugur tahun 2020 sebagian besar wilayah tersebut berhasil direbut kembali oleh Baku selama perang dan ditandai dengan perjanjian perdamaian yang disponsori oleh Rusia.
Namun, baru-baru ini ketegangan meningkat terutama terkait isu jalan Lachin, satu-satunya rute darat yang memberikan akses Armenia ke Karabakh.
Lebih lanut. fakta menunjukkan bahwa Armenia melakukan usaha protes setelah Azerbaijan mendirikan pos pemeriksaan di pintu masuk jalan Lachin.
Kementerian tersebut menyampaikan bahwa Armenia mulai “mengadakan kampanye propaganda global, memberlakukan berbagai hambatan militer dan lainnya untuk mengganggu pos pemeriksaan perbatasan, dan mengganggu penggunaan rute lain seperti jalan Aghdam-Khankendi.”
Kementerian juga menyampaikan bahwa meskipun telah ada kesepakatan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Karabakh dan untuk mengadakan pertemuan antara warga dari kedua belah pihak di Yevlakh.
Armenia “beralih arah” pada saat-saat terakhir dengan mengenalkan “syarat politik dan dalih yang tidak sah.”(res)