(IslamToday ID)- Ketidakefektifan PBB terus menerus ditampilkan dalam menangani kebrutalan Israel di Jalur Gaza. Badan dunia beranggotakan 193 negara itu tidak berdaya untuk menghentikan agresi penjajah Israel itu.
Lembaga PBB bersama para pejabatnya hanya bisa melayangkan kecaman dan kutukan yang tak berdampak apa pun terhadap situasi di Gaza.
Padahal seharusnya PBB mampu menjadi pencegah dan menjadi aktor utama untuk menghentikan kekejaman Israel. N
amun, hingga kini, PBB lewat beberapa lembaganya hanya bisa sekadar menyalurkan bantuan kemanusiaan. Sementara Israel, meski telah menuai kecaman internasional, terus melanjutkan agresinya ke Gaza.
Badan PBB yang dapat menghentikan pertempuran di Gaza adalah Dewan Keamanan (DK) lewat resolusinya yang mengikat secara hukum (legally binding).
Badan beranggotakan 15 negara–lima di antaranya anggota tetap dengan hak veto–telah beberapa kali bersidang untuk membahas situasi Palestina sehubungan dengan kian memburuknya kondisi di Gaza. Empat rancangan resolusi jeda kemanusiaan juga sudah diajukan, tapi gagal diadopsi akibat diveto.
Pada 16 Oktober 2023 lalu, resolusi rancangan Rusia yang berisi seruan gencatan senjata kemanusiaan dalam perang antara Hamas dan Israel gagal disahkan di DK PBB.
Agar DK dapat mengadopsi sebuah resolusi, rancangan resolusi harus mendapat setidaknya sembilan suara setuju dan tidak diveto dari satu pun dari lima negara anggota tetap DK, yakni AS, Rusia, China, Prancis, dan Inggris.
Rancangan resolusi Rusia gagal diadopsi pada 16 Oktober 2023 lalu karena tak mencapai ambang batas persetujuan dan ditolak tiga negara anggota tetap DK, yaki AS, Inggris, dan Prancis.
Pada 18 Oktober 2023, DK PBB kembali bersidang untuk melakukan pemungutan suara atas rancangan resolusi Brasil yang turut menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Namun, rancangan resolusi tersebut kembali gagal diadopsi.
Sebanyak 12 negara anggota DK sebenarnya mendukung usulan resolusi Brasil, termasuk China dan Prancis sebagai anggota tetap. Sementara Rusia dan Inggris memilih abstain. Namun, AS memilih memveto atau menggugurkan rancangan resolusi tersebut.
Rancangan resolusi Brasil mengutuk semua aksi kekerasan dan permusuhan terhadap warga sipil serta menyerukan pembebasan segera para sandera tanpa syarat.
Selain itu, usulan resolusi Brasil turut menyerukan perlindungan terhadap semua personel medis, personel kemanusiaan, serta fasilitas medis dan rumah sakit, sesuai dengan hukum humaniter internasional.
Jika rancangan resolusi Brasil diadopsi, resolusi dapat membatalkan perintah Israel terhadap warga sipil dan staf PBB mengevakuasi diri mereka dari wilayah utara ke selatan Gaza.
Resolusi tersebut pun akan sangat mendesak suplai barang dan jasa esensial bagi warga Gaza tanpa hambatan, termasuk di dalamnya air, makanan, listrik, bahan bakar, dan pasokan medis, berdasarkan hukum kemanusiaan internasional.
Pada 25 Oktober 2023, DK PBB kembali bersidang untuk melakukan pemungutan suara atas rancangan resolusi jeda kemanusiaan di Gaza yang diajukan Rusia dan AS. Rancangan resolusi yang diajukan AS menyerukan jeda kemanusiaan di Gaza. Namun, dalam resolusi tersebut turut termaktub kecaman terhadap perlawanan pejuang Hamas melawan Israel.
Rancangan resolusi AS didukung 10 negara anggota DK. Namun, Rusia, Cina, dan Uni Emirat Arab menentangnya.
Sementara dua negara lainnya, yakni Brasil dan Mozambik memilih abstain. Karena ditolak Moskow dan Beijing, draf resolusi AS tak dapat diadopsi.
Pada 26 Oktober 2023, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera, dan berkelanjutan di Gaza.
Resolusi itu turut menuntut penyediaan pasokan barang-barang esensial secara memadai dan berkelanjutan bagi masyarakat di Gaza. Resolusi Majelis Umum PBB diadopsi dengan komposisi 120 negara mendukung, 14 menentang, dan 45 lainnya memilih abstain.
Namun, resolusi Majelis Umum PBB bersifat non-legally binding. Dengan kata lain, resolusi yang diadopsi Majelis Umum dianggap sebagai rekomendasi dan tidak mengikat secara hukum bagi negara-negara anggotanya.
Sehingga serangan Israel tidak berhenti malah kian mengerikan dan menyasar anak-anak, rumah sakit, masjid hingga gereja.
Gara-gara DK PBB yang terus-menerus gagal mencapai resolusi, krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk hingga saat ini. [sya]