(IslamToday ID) – Memasuki hari ke-200 perang Israel-Palestina pada Selasa (23/4/2024) semakin meningkatkan kekhawatiran akan diinvasinya Kota Rafah di bagian Selatan oleh PM Israel Benyamin Netanyahu.
Netanyahu sendiri berjanji untuk menindaklanjuti ancamannya yang mengatakan akan mengirimkan pasukan ke Rafah di mana terdapat 1,5 juta orang mengungsi di kamp-kamp darurat.
“Semua orang tampaknya sedang menghitung mundur menuju perang di kamp pengungsian terbesar di dunia, yaitu Rafah,” kata Kepala Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland, dikutip dari CNA, Rabu (24/4/2024).
Dirinya memperingatkan bahwa serangan darat ke Rafah akan menjadi “situasi apokaliptik” dan kelompok-kelompok kemanusiaan “sama sekali tidak tahu bagaimana cara mengurangi hitungan mundur menuju bencana.”
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu telah menyetujui rencana serangan ke Kota Rafah, di Jalur Gaza paling selatan yang berbatasan dengan Mesir tanpa mempedulikan peringatan Amerika Serikat.
Kami telah menyetujui rencana operasional untuk menyerang Rafah, kata Netanyahu dalam konferensi pers Minggu malam (31/3).
Netanyahu mengklaim Rafah adalah benteng terakhir Hamas dan bersikeras untuk menyerang wilayah tersebut meskipun negara-negara lain telah memperingatkan adanya konsekuensi bencana kemanusiaan jika Israel menyerang kota yang ditinggali 1,4 juta warga Palestina.
Kami akan memasuki Rafah dan melenyapkan Hamas. Tanpa begitu, tidak ada kemenangan (bagi Israel),” kata dia.
[ran]