JAKARTA, (IslamToday.id) — Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2020 perlu menjadi perhatian, khususnya pada penggunaan utang untuk menutup defisit transaksi berjalan.
Ekonom Senior INDEF Didik Rachbini beranggapan masalah ini selalu menghantui APBN Indonesia dalam lima tahun terakhir.
“Karena RAPBN ini punya masalah lima tahun ke belakang dan berpotensi punya masalah lima tahun ke depan, sehingga harus dikawal bersama” pungkas Didik dalam diskusi RAPBN 2020 di Jakarta, Senin (19/8) lalu.
Didik J Rachbini menyoroti pembiayaan defisit transaksi berjalan yang masih ditutupi dengan utang sehingga dia menganggap pemerintah menggali lubang untuk tutup lubang sehingga berpengaruh pada keseimbangan primer.
“Berutang ini tidak hanya untuk membiayai defisit, tetapi juga berutang untuk membayar utang lagi. Jadi gali lubang, tutup lubang, tapi gali lubangnya lebih dalam lagi,” papar Didik.
Didik juga mengkritisi soal bunga utang yang mencapai Rp 300 triliun pada tahun 2019 atau dua kali lipat dari bunga utang lima tahun lalu yang hanya sebesar Rp150 triliun.
Selain itu, pihaknya juga mencermati utang BUMN yang membengkak, khususnya pada BUMN karya yang digunakan untuk pembiayaan infrastruktur.
Didik juga mengatakan asumsi makro yang dibuat pemerintah dalam lima tahun terakhir tidak pernah tercapai, kecuali hanya pada asumsi inflasi di kisaran 3 persen.
Sementara target pertumbuhan ekonomi tidak pernah tercapai seperti pada 2018 yang hanya tercapai 5,17 persen jauh di bawah target pertumbuhan 5,4 persen.