JAKARTA, (IslamToday ID) – Kabid Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi menyebut di Xinjiang, China tidak ada kebebasan dalam hal sosial, budaya dan pengembangan agama. Namun dari sisi pembangunan infrastruktur, Xinjiang sangat maju.
“Dari infrastruktur sangat maju, ada monorel, subway dan bangunannya (megah). Tapi dari sisi pembangunan non infrastruktur memang beda. Sosial, budaya, dan pengembangan agama itu yang tidak ada kebebasan. Itulah yang kita kritisi,” kata Muhyiddin, Selasa (17/12/2019).
Ia menjelaskan, letak Xinjiang adalah 4 jam perjalanan dari Kota Beijing. Di Xinjiang ada tiga kota besar, yakni Gotan, Kashgar, dan ibukota Urumqi. Kota Kashgar itu kota yang cukup dikenal karena memiliki heritage dan berbatasan dengan Tajikistan.
Xinjiang sendiri berada di paling barat negara China dengan luas wilayah 1/6 wilayah China. Di Xinjiang, China sudah membangun infrastruktur untuk melakukan ekspor melalui jalur darat yaitu ke Rusia, Kazakhtan, dan langsung ke Eropa.
“Sehingga (ekspor) produk-produk China saat ini tidak menggunakan jalur laut, tapi menggunakan darat. Kemudian China juga membangun jalur perdagangan ke Pakistan dan jalur maritim dengan Srilanka,” jelas Muhyiddin.
Menurutnya, di Xinjiang polisi sudah jarang sekali turun ke daerah-daerah karena semuanya sudah diawasi dengan kamera CCTV. Jadi semua gerak-gerik warga sudah terpantau dengan sendirinya. “Komunikasi mereka menggunakan Huwawei, dengan WeChat, sehingga komunikasi sesama mereka atau dengan orang luar dengan sendirinya terdeteksi,” ungkap Muhyiddin.
“Anda bicara apa, bicara dengan siapa itu sudah terekam. Karena mereka sudah memiliki teknologi informasi yang sangat maju, sehingga aktivitas intelijen itu sangat mudah. Nggak perlu lagi diuber-uber polisi. Jadi berbicara dengan siapa, materi pembicaraan apa, semua terekam,” tambahnya.
Ditambahkannya, di Kashgar dulu ada 150 masjid, tapi kecil-kecil kemudian dijadikan satu masjid tapi besar. Di situlah umat Islam melakukan ibadah. “Tapi yang ibadah hanya mereka yang tidak bekerja aktif di kantor, seperti orang yang sudah pensiun dan sudah kakek-kakek,” pungkasnya. (wip)