JAKARTA, (IslamToday ID) – Kejengkelan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri terhadap pejabat yang memaksakan anaknya maju dalam pergulatan politik seharusnya menjadi sindiran tersendiri bagi Presiden Jokowi.
Ini mengingat anak kandung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming juga mencalonkan diri pada kontestasi politik di Pilkada Solo.
“Secara tidak langsung, seharusnya Jokowi tersindir. Tetapi kalau sense Jokowi tidak peka, tentu lain lagi,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedy Kurnia Syah, Kamis (20/2/2020).
Selain sindiran kepada Jokowi, pidato Mega tersebut juga sarat makna. Menurut Dedy, Mega seolah-olah ingin memperlihatkan anti praktik dinasti politik yang merupakan bagian dari oligarki politik.
“Megawati hanya ingin memainkan komunikasi adiktif (memanipulasi realitas), di mana statement tersebut sengaja dikemukakan agar terkesan ia berpihak pada politik yang nonoligarkis. Padahal ia sendiri mempraktikkan,” tandasnya.
Sementara, Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima), Sya’roni lebih menyoroti perihal belum diumumkannya calon kepala daerah yang diusung PDIP untuk Kota Solo. Menurutnya, dengan menunda pengumuman kandidat calon kepala daerah di Solo, menandakan Mega tidak memiliki kekuatan penuh lagi.
“Sekaligus ini membuktikan Jokowi sudah naik kelas, tidak petugas partai lagi,” ujarnya.
Menurut Sya’roni, tarik menarik di Pilkada Solo juga menandakan Jokowi semakin diperhitungkan di internal PDIP. Ia juga menyebut dengan belum mengumumkan calon kepala daerah di Solo yang menjadi kandang partai banteng, Mega sudah kalah satu set dari Jokowi.
“Kalau sampai Gibran Rakabuming yang dicalonkan, berarti Megawati kalah lagi,” tutupnya.
PDIP menyatakan Solo merupakan daerah penting dan strategis yang dimiliki partai. Memiliki 30 kursi dari 45 kursi, PDIP bisa mengusung kandidat sendiri dan optimistis dapat memenangkan Pilkada.
Sebelum nama Gibran mencuat dan menguat, jauh-jauh hari DPC PDIP Solo sudah memutuskan kandidat yang akan diusung yaitu Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa. Purnomo adalah petahana Wakil Walikota, sementara Teguh menjabat Ketua DPRD. Keduanya adalah kader PDIP. (wip)
Sumber: Rmol.id