“Ada kondisi arus TKA khususnya dari Tiongkok deras sekali tiap hari masuk ke negara ini. Sebagian besar mereka unskill labor (tanpa keterampilan),”
-Laode Ida-
IslamToday ID –Sekitar 80 juta warga China kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, tahun ini ada 8,7 juta lulusan baru universitas di China. Persaingan kerja di negeri tirai bambu itu semakin ketat, akankah mereka meyasar Indonesia dengan menjadi Tenaga Kerja Asing?
Dilansir dari pada bulan Maret, pemerintah China merilis tingkat pengangguran di China sekitar 5,9 persen. Angka ini mewakili lebih dari 27 juta orang yang kehilangan pekerjaan.
Namun jumlah tersebut diragukan Profesor Willy Lam, dari Pusat Studi China di Universitas Cina-Hong Kong. Menurutnya, angka 5,9 persen yang disuguhkan pemerintah hanya memotret kondisi yang terjadi diperkotaan.
Data tersebut tidak memasukan orang-orang di pedesaan yang ekonominya terdampak covid-19. Willy menaksir ada sekitar 290 juta pekerja migran di bidang konstruksi, manufaktur, dan kegiatan-kegiatan penting lainnya yang bergaji rendah.
Dengan kata lain data yang disuguhkan pemerintah merupakan angka-angka polesan yang tidak mewakili kondisi sebenarnya. Hal ini sebenarnya berbahaya dan dapat memperburuk situasi.
“Bersedia melaporkan data buruk itu di luar kebiasaan. Mengingat pemerintah sering memoles angka-angka, maka situasi sebenarnya bisa lebih buruk,” ujarnya.
Zhang Bin, Ekonom di Akademi Ilmu Sosial China jika para 290 juta pekerja migran itu dimasukkan, maka diperkirakan ada 80 juta orang keluar dari pekerjaan pada akhir Maret. Para ahli lain menilai angka 80 juta orang tersebut lebih dekat dengan kenyataan. Itu berarti, hampir 10 persen pekerja di China kehilangan pekerjaan mereka.
Di sisi lain, aka nada sekitar 8,7 juta lulusan baru perguruan tinggi tahun ini. Jutaan lulusan tersebut menambah ketat kompetisi di lapangan kerja di China. Kondisi ini hanya dijawab pemerintah China rencana membantu lulusan baru bekerja sebagai guru dan menciptakan posisi grass root lainnya, serta memperluas pendaftaran bagi program pascasarjana.
Padahal ada ‘tugas’ lain yang juga harus segera ditangani, yakni membantu mereka yang kehilangan pekerjaan karena terdampak covid-19. Sementara itu pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I 2020 tercatat minus 6,8 persen, atau terlemah sejak 1976.
“Kekhawatiran terbesar China bukanlah pertumbuhan PDB, tetapi lapangan kerja,” imbuh Profesor Willy Lam.
Arus TKA China
Sepanjang bulan Juni-Desember 2017 lalu, Ombudsman RI sebenarnya telah melakukan investigasi keberadaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di tujuh provinsi. Yakni di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau.
Hasilnya, ada ketidaksesuaian data TKA yang dimiliki pemerintah dan temuan di lapangan. Arus TKA dari China ‘sangat deras’. Bahkan mereka yang datang ke Indonesia tanpa keterampilan.
“Ada kondisi arus TKA khususnya dari Tiongkok deras sekali tiap hari masuk ke negara ini. Sebagian besar mereka unskill labor (tanpa keterampilan),” kata Komisioner Ombudsman RI Laode Ida dalam jumpa pers di Kantor Ombudsman RI, Kamis (26/4/2018) seperti dilansir kompas.com.
“Jalur Cengkareng-Kendari saja, di pagi hari, arusnya 70-80 persen penumpang Lion Air dan Batik Air itu tenaga kerja asing,”imbuhnya
Dari data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) tahun 2017 Indonesia, sebanyak24.804 orang. Pada tahun 2018 total TKA di Indonesia 95.335 orang, dari jumlah tersebut sebanyak 32.209 merupakan TKA China, atau 33,7% dari total total TKA di Indonesia.
Para TKA asing tersebut sebagian besar bekerja di proyek-proyek yang investasinya memang berasal dari China. Mereka mendapat upah lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja lokal. Hasil temuan ini sudah disampaikan pada pihak terkait, seperti Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Tenaga Kerja, Kepolisan, hingga Badan Kerjasama dan Penanaman Modal (BKPM).
Namun rupanya, hasil investigasi Ombudsman RI tersebut diabaikan. Arus TKA ke Indonesia seolah tidak terbendung. Bahkan ditengah pandemi covid-19, puluhan TKA asal China sempat masuk Bandara Haluoleo Kendari. Hal ini sempat menggegerkan masyrakat pada pertengahan maret 2020 kemarin.
Tidak hanya itu, sempat muncul rencana masuknya 500 tenaga kerja China untuk Pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter, di Sulawesi Tenggara. Ratusan tenaga kerja itu didatangkan dengan alasan, mereka memiliki keahlian khusus dalam instalasi alat-alat smelter. Sementara tenaga kerja lokal dianggap belum mempunyai keahlian dalam mengerjakan pemasangan smelter.
Lantaran derasnya kritikan berbagai pihak, rencana masuknya 500 TKA China ditengah Pandemi-covid-19 akhirnya ditunda. Pemerintah menyatakan akan fokus terlebih dahulu mencegah penularan COVID-19.
“Pemerintah bertekad memutus mata rantai penyebaran COVID- 19 antara lain dengan membatasi arus kedatangan manusia dari luar. Kebijakan ini berlaku hingga situasi normal dan dinyatakan aman,” kata Juru Bicara Presiden Bidang Hukum Dini Purwono dalam keterangan tertulis, Senin (11/05/2020).
Penulis: Arief Setiyanto