IslamToday ID —Pemerintah Kota Surabaya ngotot mengklaim wilayahnya telah kembali menjadi zona hijau. Padahal Pemprov Jatim telah menyampaikan, bahwa penentuan status zona penularan covid-19 bukan wewenang daerah.
Klaim tersebut mengkahwatirkan, sebab dinilai bisa mngendurkan kewaspadaan masyarakat. Terlebih Surabaya pernah mencetak rekor penambahan kasus perhari dalam jumlah yang cukup besar, hingga disebut sebagai zona hitam.
Polemik ini bermula dari klaim Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, Senin 3 Agustus 2020 kemarin. Risma mengklaim wilayahnya telah menjadi zona hijau kembali. Klaim itu didasarkan Risma pada penurunan tingkat penularan covid-19 di Kota Surabaya. Selain itu juga didasarkan pada tingkat kesembuhan pasien covid-19 yang juga meningkat.
“kondisi Surabaya sudah [zona] hijau yang artinya penularannya kita sudah rendah. Lalu yang sembuh sudah banyak,” kata Risma mengutip siaran pres pemkot surabaya, Senin (3/8/2020).
Padahal hingga hari ini, Selasa (4/8/2020) berdasarkan data infocovid19.jatimprov.go.id, Surabaya masih berstatus zona merah. TIdak hanya itu, resiko penularan di Surabaya juga dikategorikan tinggi. Saat diakses pukul 14.35 update kasus covid-19 yang terkonfirmasi mencapai 8982 kasus, suspek sebanyak 2301 kasus, meninggal 781 orang dan sembuh 5597 orang. Selain itu sebanyak 2174 orang masih menjalani isolasi.
Meskipun data dan peta pemprov Jatim menunjukan bahwa Surabaya masih zona merah dengen resiko penularan tinggi, pemkot Surabaya tetap ngotot bahwa wilayahnya telah menjadi zona hijau.
“Silakan yang menilai seperti apa, yang jelas kita warnanya sudah hijau,” kata Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto (4/8/2020), seperti dikutip dari CNN Indonesia
Irvan mengklaim perubahan status zona hijau Surabaya didasarkan pada kajian pakar epidemiologi. Dari laporan epidomolog yang diserahkan pada pemkot Surabaya, transmission rate di kota Pahlawan sudah berada di bawah angka satu.
“Dari pakar epidemiologi, dr Ati, disampaikan data sampai dengan 26 Juni 2020 memang hijau, untuk transmission of rate-nya itu sudah di bawah 1 kita. Bahkan sampai dengan 8 hari kita sudah hijau,” tuturnya
Sama seperti alasan Risma, Irfan mengatakan bahwa tren kasus Covid-19 di Kota Surabaya juga mengalami penurunan. Sebaliknya angka kesembuhan pasien covid-19 meningkat.
Disentil Gubernur
Klaim Rimsa dan Pemkot Surabaya akhirnya disentil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa. Ia menegaskan bahwa penentuan status zona sebaran covid-19 bukan wewenang pemerintah daerah.
“Rek, zona itu bukan [kewenangan] kabupaten/kota, bukan provinsi,” kata Khofifah di Surabaya, Senin (3/8/2020).
Penentuan zona menjadi kewenangan Satgas Penanganan Covid-19 Nasional. Selama ini Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim hanya mengunggah ulang data status zonasi covid-19 dari pusat.
“Jadi bukan Pemprov. Selama ini ya kita memang ikut ngupload. Supaya kita semua bisa ngupdate peta. Tapi peta itu sendiri yang publish BLC (Bersatu Lawan Corona),” ujarnya.
Anggota Rumpun Kuratif Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, Jibril Makhyan Al Farabi menambahkan, Penentuan zona merupakan kewenangan dari Satuan Gugus Tugas Pusat. Penentuan zona tersebut juga bisa diakses di covid19.go.id/peta-risiko yang menunjukkan warna zona tiap kabupaten dan kota
Jibril menuturkan, ada sejumlah indikator penilaian untuk menentukan status zona covid-19. Di antaranya indikator epidemiologi, indikator surveilans dan indikator kesehatan masyarakat.
Secara detail indicator tersebut meliputi:
- Penurunan jumlah kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak (target ≥50%)
- Penurunan jumlah kasus ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir dari puncak (target ≥50%)
- Penurunan jumlah meninggal dari kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak (target ≥50%)
- Penurunan jumlah meninggal dari kasus ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir dari puncak (target ≥50%)
- Penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS selama 2 minggu terakhir dari puncak (target ≥50%)
- Penurunan jumlah kasus ODP dan PDP yang dirawat di RS selama 2 minggu terakhir dari puncak (target ≥50%)
- Kenaikan jumlah sembuh dari kasus positif selama 2 minggu terakhir
- Kenaikan jumlah selesai pemantauan & pengawasan dari ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir
- Penurunan laju insidensi kasus positif per 100,000 penduduk
- Penurunan angka kematian per 100,000 penduduk
- Jumlah pemeriksaan spesimen meningkat selama 2 minggu
- Positivity rate <5% (dari seluruh sampel yang diperiksa, proporsi positif hanya 5%)
- Jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS Rujukan mampu menampung s.d >20% jumlah pasien positif COVID-19
- Jumlah tempat tidur di RS Rujukan mampu menampung s.d >20% jumlah ODP, PDP, dan pasien positif COVID-19
- Rt – Angka reproduksi efektif
Jibril mengakui bahwa jumlah kasus baru di Surabaya memang mulai menurun dan kesembuhan pasien juga meningkat. Namun, jangan sampai hal itu menurunkan kewaspadaan. Terlebih Surabaya pernah memecahkan rekor penambahan kasus dalam jumlah yang sangat tinggi.
“tetap harus waspada dan tidak boleh lengkah untuk menerapkan protokol kesehatan,” pungkasnya (AS)