ISLAMTODAY ID — Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono menegaskan, pihaknya melakukan antisipasi terhadap munculnya pelanggaran hukum menanggapi seruan gerakan boikot produk Prancis.
“Pimpinan Polri sudah memerintahkan kepada jajaran, khususnya jajaran intelijen maupun Bareskim, untuk melakukan deteksi dini dan deteksi aksi terkait peredaran ajakan-ajakan yang ada di medsos, termasuk ajakan-ajakan boikot,” kata jelas Brigjen Pol Awi di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Rabu (4/11/2020).
Karopenmas Polri ini mengatakan, polisi menggalang para tokoh masyarakat maupun tokoh agama untuk mencegah adanya aksi yang tidak diinginkan, seperti main hakim sendiri.
Menurutnya, Polri akan melakukan pemantauan dan pengamanan terhadap munculnya potensi pelanggaran hukum terkait ajakan boikot.
Bahkan, apabila terjadi eskalasi di lapangan, aparat kepolisian telah menyiapkan cadangan personilnya.
“Beberapa daerah juga telah menyiapkan kekuatan cadangan apabila sewaktu-waktu digerakkan, apabila ada perkembangan situasi yang tidak kita inginkan,” jelas Awi.
Kecaman Luas Dunia Muslim
Ketegangan di Prancis semakin meningkat pasca peristiwa pemenggalan kepala seorang guru sekolah menengah, Samuel Paty, pada 16 Oktober di pinggiran Paris. Guru tersebut dipenggal setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad yang menghujat di salah satu kelasnya tentang kebebasan berekspresi.
Penyerangan dilakukan Abdullah Anzorov (18 tahun) asal Chechnya, yang kemudian ditembak mati oleh polisi. Macron memberikan penghormatan kepada Paty dan membela kartun Nabi itu, dengan mengatakan Prancis “Tidak akan melepaskan kartun kami.” Hal itulah yang kemudian menyebabkan kemarahan Muslim di seluruh dunia.
Selain kecaman dari sejumlah negara termasuk Turki, Iran, dan Pakistan, juga muncul seruan untuk memboikot produk Prancis.
Penerbitan ulang kartun hinaan terhadap Nabi Muhammad, sekaligus pernyataan Macron tentang Islam dan komunitas Muslim, memicu kecaman luas di dunia Arab pada tingkat resmi dan lainnya.
Sejumlah negara Arab, serta Turki, Iran, dan Pakistan, telah mengecam sikap Macron yang keras terhadap Muslim dan Islam.
Sejumlah aktivis di sejumlah negara Timur Tengah pun melancarkan seruan boikot terhadap produk Prancis.
Bahkan, produk-produk Perancis ditarik dari peredaran di sejumlah tiitk di negara Kuwait, Yordania, dan Qatar.
Selain itu, seruan boikot juga bergema di Maroko, Turki, Suriah, Libya, dan Jalur Gaza.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, karikatur Nabi Muhammad ditampilkan menggunakan proyektor di gedung pemerintahan di Perancis. Hal tersebut dinilai sebagai bentuk penghormatan terhadap guru sejarah, Samuel Paty yang dipenggal kepalanya oleh seorang imigran muslim.
Penggambaran kontroversial dari Charlie Hebdo ini ditampilkan di gedung balai kota di wilayah Occitanie, yakni Montpellier dan Toulouse.
Gambar proyeksi tersebut berlangsung selama lebih dari 4 jam pada hari Rabu (21/10/2020) malam waktu setempat.[IZ]