(IslamToday ID) – Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Rochmat Wahab menyatakan niatan pemerintah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara telah menabrak semangat, nilai-nilai, dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Hal itu ia sampaikan saat konferensi pers Tatapan Indonesia 2021 bertajuk “Negara dan Bangsa Indonesia Dalam Kondisi Bahaya”, Selasa (12/1/2021).
Rochmat mencatat indeks demokrasi dengan angka kebebasan sipil 5,59 diperkirakan akan makin menurun pada tahun 2021. Catatan itu memperlihatkan betapa kekuasaan membungkam hak berbicara dan berorganisasi warga negara, sebagai hak dasar warga negara yang dijamin UUD 1945.
“Mereka yang menyampaikan aspirasi dan kritis terhadap pemerintah, yang harusnya dilindungi, justru diperkarakan dan dipenjarakan,” terangnya seperti dikutip dari RMOL.
Bagi KAMI, pemerintah terlihat telah bekerja dengan kepalsuan pencitraan kekuasaan. Seolah mereka bekerja untuk rakyat, namun realitanya kekuasaan didayagunakan hanya untuk diri dan kelompok sendiri, sesuai ego politik dan kepentingan oligarki, bersama koalisi partai politik yang terus menerus menggerus kedaulatan rakyat.
Perilaku politik yang korup dan meningginya perilaku otoriterianisme adalah wajah buruk kekuasaan saat ini.
Dalam kaitan ini, Rochmat menilai bahwa gagasan masa kepemimpinan presiden menjadi tiga periode adalah suatu contoh gagasan yang mengarah kepada absolutisme kekuasaan. “Ini sangat berbahaya bagi kehidupan kebangsaan,” tegasnya.
Rochmat juga menyebut negara dan bangsa Indonesia saat ini dalam kondisi bahaya karena kekacauan yang terjadi hampir di semua bidang kehidupan masyarakat.
“Mencermati perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam satu tahun terakhir, KAMI menyampaikan bahwa saat ini negara dan bangsa Indonesia dalam kondisi bahaya,” ujarnya.
Peringatan dini yang disampaikan KAMI, kata Rochmat, karena akibat kemerosotan dan kekacauan yang telah terjadi hampir di semua bidang kehidupan rakyat yang kondisinya semakin luas dan dalam.
Apalagi, kata Rochmat, dampak itu semua paling dirasakan oleh kalangan rakyat miskin dan kurang mampu. “Suatu ironis, karena mereka adalah penduduk mayoritas di republik ini, namun bernasib sebaliknya minoritas secara ekonomi dan politik,” kata Rochmat.
Kondisi bangsa dan negara ini lanjut Rochmat, dapat dilihat dari kondisi merosotnya indikator-indikator di bidang politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan hidup.
Dalam konferensi pers virtual ini, juga dihadiri oleh dua Presidium KAMI lainnya, yakni Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, dan anggota Majelis Penyelamat Indonesia (MPI) KAMI. [wip]