(IslamToday ID) – Sudah lebih dari 72 jam kapal selam KRI Nanggala-402 milik TNI Angkatan Laut (AL) belum ditemukan. Upaya pencarian pun terus dilakukan dan berharap 53 awak kapal bisa ditemukan selamat.
Pencarian difokuskan di laut sebelah utara Bali, yakni sekitar 40 km dari Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Di lokasi tersebut ditemukan tumpahan minyak dan daya magnet yang besar yang diduga bersumber dari KRI Nanggala-402.
Australia juga menggerakkan HMAS Ballarat Rigid-Hulled Inflatable Boat (RHIB) dan helikopter untuk menyisir wilayah tersebut. Sebanyak lima personel dari angkatan bersenjata Singapura juga sudah berada di KRI Suharso.
Mengutip dari Detik, Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan oksigen di dalam kapal selam tersebut hanya tersedia sampai hari Sabtu (24/4/2021) pukul 03.00 WIB.
“Kemampuan oksigen KRI jika dalam kondisi yang diperkirakan black out seperti sekarang ini, mampu 72 jam. Kurang lebih tiga hari. Kalau kemarin hilang kontak jam 3, nanti bisa sampai Sabtu jam 3, sehingga 72 jam,” kata Yudo dalam jumpa pers di Lanud Gusti Ngurah Rai Bali, Kamis (22/4/2021) kemarin.
KRI Nanggala-402 hilang kontak dalam latihan penembakan torpedo pada hari Rabu (21/4/2021) dini hari. Yudo mengatakan KRI Nanggala-402 dalam kondisi siap tempur.
Ia menambahkan KRI Nanggala-402, yang dibuat di Jerman pada 1977 dan diserahkan ke TNI AL pada 1981, siap dalam kondisi personel ataupun material.
“Kapal ini riwayatnya sudah menembak torpedo kepala latihan 15 kali dan menembak torpedo kepala perang dua kali, dan sasarannya dua kapal eks KRI, dan dua-duanya tenggelam. Jadi KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kita libatkan dalam latihan penembakan kepala torpedo maupun kepala perang,” ungkap Yudo.
Penghematan Oksigen
Sementara itu, TNI meyakini awak KRI Nanggala-402 melakukan prosedur penghematan oksigen sejak kapal hilang kontak.
Dengan penghematan ini, 53 awak diharapkan dapat tetap memiliki pasokan oksigen meski berdasarkan perkiraan awal, cadangan bertahan 72 jam sejak hilang kontak.
“Mereka pastinya akan melakukan prosedur penghematan,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Ia menjelaskan prosedur ini bisa dilakukan dengan cara para prajurit tidak melakukan banyak pergerakan atau aktivitas di dalam kapal hingga KRI bisa kembali timbul ke permukaan.
“Misalnya, tidak banyak beraktivitas, dan juga bisa tidur saja di dalam kapal,” kata Julius.
Ia pun meyakini hingga saat ini seluruh awak selamat dan dalam keadaan baik-baik saja. Ia meminta agar semua pihak bisa turut serta mendoakan keselamatan para awak ini. “Mohon didoakan agar bisa segera ketemu dan semua selamat,” kata Julius.
Lebih lanjut, ia juga menyebut pencarian hingga saat ini masih dilakukan di sembilan area yang diduga tempat kapal selam itu hilang kontak.
Sembilan area itu berada di kawasan perairan Bali, termasuk lokasi tumpahan minyak dan tarikan magnet kuat yang sebelumnya sempat terdeteksi oleh salah satu KRI dan helikopter saat melakukan pemantauan di lokasi.
Titik pencarian ini tersebar di jarak 23 mile dari utara Bali atau sekitar 43 kilometer dari Celukan Bawang. “Pencarian masih di sembilan area itu. Area itu ya,” pungkas Julius. [wip]